Monday, July 29, 2019

Mengolah Sampah Organik 5 - Kembalikan ke Tanah

Mengolah Sampah Organik 5 - Kembalikan Ke Tanah -- Pernah berkendara dan berada di belakang truk angkutan sampah? Meski jendela mobil kita ditutup rapat dan mulut dimonyongkan hingga bibir atas hampir menutupi lubang hidung, tetap saja ya bau si sampah menelusup, memuakkan.

Pernah lewat Tempat Pembuangan Akhir sampah di kotamu? Kalau di Bogor, tempatnya adalah di Galuga, ke arah Leuwiliang. Aku sering bolak-balik ke Leuwiliang karena mertua tinggal di sana. Tahukan kamu, bahwa bau sampah tercium hingga radius beberapa kilometer jaraknya dari TPA itu sendiri?



Tumpukan sampah di TPA Galuga, Kab. Bogor.
Sumber gambar: indeksberita.com
Kenapa kok sampah bisa bau gitu, ya?

Bau itu berasal dari hasil pembusukan atau dekomposisi sampah. Sampah organik yang tercampur bahan anorganik akan mengalami dekomposisi secara anaerobik.

Proses pembusukan akan menghasilkan dan melepaskan gas hidrogen sulfida (H2S), gas metana (CH4) dan amoniak (NH3) ke udara. Gas H2S bersifat racun dan berbau busuk menusuk. Inilah yang menyebabkan bau dan menurunkan kualitas udara di sekitar TPA.

Ah, jangankan di TPA. Jika sampah dapur dibiarkan berhari-hari tergantung di depan rumah dan tidak diambil oleh tukang sampah, baunya pun rasanya tak tertahankan lagi. Ini hanya skala kecil ya, rumah tangga saja, dan aku rasanya sudah sebal bin kesal kalau tukang sampah absen dari pekerjaannya. Aku ngga bisa bayangin, bagaimana perasaan orang-orang yang tinggal di sekitar TPA. Selamanya terus menerus menghirup aroma sampah ... Katanya sih, setelah beberapa saat, hidung kita akan beradaptasi sehingga bau itu bisa jadi tidak lagi dirasa mengganggu, karena saking terbiasanya. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa selain bau, gas H2S juga berbahaya untuk kesehatan.

Menurut US EPA-2003, gas H2S cepat diserap oleh paru-paru. Pada konsentrasi rendah, dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan. Pada konsentrasi tinggi bahkan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan bahkan kematian :(

Jadi bagaimana cara mengatasi masalah sampah yang bau ini?

Skala TPA mungkin dirasa terlalu besar ya untuk aksi perseorangan seperti kita, tetapi tahukah kalian, bahwa kita dapat berkontribusi untuk mengurangi bau sampah di TPA?

Bagaimana caranya?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bau sampah disebabkan oleh sampah organik. Jadi untuk mengurangi bau, ya kurangi sampah organiknya.

Dih, enak aja ya bilang gitu. Lah kita kan memproduksi sampah organik setiap hari. Simple-nya saja, kita kan masak dan makan, dari situ saja pasti ada sampah. Kalau ngga dibuang, mau dikemanakan lagi?

Nah, di sini ini Pelatihan online Mengolah Sampah Organik memberi pencerahan.

Menurut pelatihan ini, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki keteraturan (sunatullah). Keteraturan ini sesuai dengan fitrah penciptaannya. Semua yang diperlakukan sesuai dengan fitrahnya akan tumbuh baik dan memberi manfaat. Sebaliknya, jika sesuatu tidak diperlakukan sesuai fitrahnya, maka cenderung akan menimbulkan mudharat.

Maka perlakukankan materi organik sesuai fitrahnya. Bahan organik berasal dari tanah, maka perlakuan yang tepat adalah dengan mengembalikannya ke tanah, tanpa tercampur dengan bahan anorganik.

Ini secara tersurat dan tersirat terdapat dalam Al-Qur’anul kariim..

“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian adalah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?"
(QS. Al-An’am ayat 95)

“...Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”
(QS. Al-Imran ayat 27)

Apa hubungannya dengan sampah organik? Mengapa sampah organik dapat memberi kehidupan? Berikut adalah jawabannya:
  • Sampah organik adalah material atau bahan organik sisa kebutuhan pangan
  • Bahan organik memiliki sumber karbon, nitrogen dan unsur lainnya yang dapat menyuburkan tanah
  • Bahan organik adalah sumber nitrogen (90-95%) pada tanah, sumber utama fosfor dan sulfur (2% atau lebih).
  • Pemberian residu organik adalah satu-satunya cara yang digunakan untuk menambah berbagai unsur hara dalam sistem pertanian.
  • Partikel organik di permukaan tanah berperan penting dalam melindungi tanah dan memengaruhi sifat air tanah.
  • Bahan organik merupakan faktor kunci dalam rehabilitasi tanah.
  • Melalui aktivitas mikroorganisme, bahan organik menyuplai pembentuk agregat tanah;
  • Bahan organik merupakan sumber makanan untuk komunitas flora, fauna dan mikroorganisme tanah yang sangat beranekaragam. Komunitas ini penting dalam memecah material organik dan membebaskan hara tanaman.
  • Mikroorganisme dalam dekomposisi bahan organik mengeluarkan enzim, yaitu substansi protein yang diperlukan untuk memecah ikatan-ikatan bahan organik.

Cara paling sederhana dan efektik untuk mengolah sampah organik adalah dengan mengubahnya menjadi kompos. 

Dari sampah menjadi kompos
Sumber gambar: PMSO

Bagaimana caranya? Mudah kok! :)

Menurut Wikipedia, kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh berbagai mikroba dalam keadaan hangat dan lembap, baik secara aerobik maupun anaerobik.

Nah, dari pelatihan mengolah sampah organik ini, aku mendapatkan bonus compost bag. Kantung hijau besar ini berukuran 80L, sungguh merupakan penyuntik semangat untuk memulai pengomposan.

Sekam – kuganti oleh sampah daun kering dan buah busuk dari halaman rumah  - (Baca Mengolah Sampah Organik 1 - Awalnya dari Halaman) ditaruh di lapisan pertama, lalu dilapisi oleh tanah dan kemudian sampah dapur. Begitu seterusnya berganti-gantian sampai compost bag terisi hingga tiga perempat penuh.


Kenapa tiga perempat penuh? Karena harus tersedia ruang kosong yang cukup untuk mengaduk isi compost bag, menggemburkannya dan memberi udara untuk bernapas bagi mikroba.

Kelembapan isi compost bag harus dijaga, agar mikroba tumbuh dengan senang  hati :) Melembabkan isi compost bag ini dapat dilakukan dengan membasahi atau memercikinya dengan air biasa secara teratur. Akan lebih baik lagi bila dilakukan menggunakan air yang yang sudah mengandung bioaktivator.

Apa lagi ini bioaktivator? Euh ... ini akan dibahas di blogpost lain yaa :)

Sekam atau sampah daun kering, berfungsi untuk menyerap lindi atau air pembusukan dari sampah dapur. Tanah berfungsi sebagai media penyedia mikroba. Sampah organik dari rumah tangga atau dapur akan berubah menjadi kompos setelah 1 hingga 3 bulan. Lama ya? Hihihi ... ya jangan ditunggui. Bosen nanti :)

Lebih baik, pikirkan cara untuk mencari wadah lain untuk menampung sampah dapur yang setiap hari selalu ada ini. Aku menggunakan kaleng bekas kue untuk jadi tempat mengompos. Lubangi bagian bawahnya sebagai tempat pembuangan air hasil pembusukan.

Anakku membuat wadah pengomposan dari kaleng bekas kue.
Oh ya, compost bag atau kaleng bekas kue lebih cocok untuk membuat kompos kering, dan sebaiknya sampah yang dimasukkan ke sini adalah sampah nabati. Sampah hewani seperti sisa tulang dan kuah yang mengandung lemak, sebaiknya masuk ke biopori alias langsung masuk ke tanah. Kenapa? Karena sampah hewani banyak mengandung unsur Nitrogen yang jika terdekomposisi akan menimbulkan bau busuk menyengat dan mengundang belatung.

Ah, sudah dulu untuk Bagian 5 ini ya. Nanti akan kulanjutkan ke Bagian 6, membahas tentang ... eumm ... apa yaa ... Stay tuned aja deh hihihi ...

***Bersambung***


#TantanganJuliForsen_10
#1022kata

No comments:

Post a Comment