Sunday, July 28, 2019

Mengolah Sampah Organik 4 - 3M

Mengolah Sampah Organik 4 - 3M -- 3M adalah singkatan untuk Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal kecil dan Mulai dari sekarang.

Pelatihan online Mengolah Sampah Organik yang diadakan oleh Prodi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Bandung dan @sampahorganikku membangkitkan kembali rasa peduliku akan lingkungan, khususnya tentang pengolahan sampah organik.

Menurut Mbak Noviani dari Prodi Bioteknologi, pelatihan online ini muncul dengan latar belakang:
  • Tanggung jawab Prodi Bioteknologi terkait penerapan ilmu secara nyata dan bagian dari syiar atau dakwah. 
  • Kenyataan bahwa sampah adalah tanggung jawab kita sendiri. Kita harus menghadapi dan menyelesaikannya saat ini. Jikapun kita tidak bisa menghilangkan sampah sepenuhnya, setidaknya kita harus berusaha untuk menguranginya. Sampah bukan amal jariyah yang keberadaannya harus ditumpuk dan mengalirkan pahala saat kita meninggal.
  • Untuk mengatasi masalah sampah, kita tidak dapat melakukannya sendiri. Diperlukan adanya komunitas untuk tempat berbagi dan saling memotivasi sehingga gerakan ini konsisten dan berdampak lebih luas lagi.
Aku benar-benar setuju dengan tiga hal yang disebutkan di atas.

Aku menilai diriku sendiri sebagai orang yang peduli lingkungan. Aku selalu greget lihat sampah bertebaran di sembarang tempat. Aku ngga pernah buang sampah sembarangan dan selalu cerewet pada anak-anakku untuk membuang sampah di tempat yang semestinya. Aku sebel banget lihat orang lain melempar sampahnya keluar jendela mobil saat di jalanan, walaupun belum sampai ke tahap berani untuk menegur orang itu *sigh. Kadang-kadang aku malah jadi kesal pada diri sendiri, lho. Kok aku cemen amat ya, padahal tinggal datangi dan tegur aja. Tapi aku ngga berani huhuhu … gimana kalau dia malah jadi galak dan marahi aku … hiks.

Tetapi dengan mengikuti pelatihan online ini, membuat aku tersadar bahwa aku dapat berkontribusi mengatasi masalah sampah ke lingkup yang lebih luas dengan cara lain.

Ya, lewat tulisan.

Penerapan nyata ilmu pengolahan sampah yang kudapat dari pelatihan ini -- yaitu membuat kompos dari sampah rumah tangga -- adalah bentuk dari M yang pertama: Mulai dari diri sendiri. Lalu dengan menuliskannya dan berbagi pengalaman, mudah-mudahan ya … dapat menggerakkan orang lain untuk melakukan hal yang sama si tempat mereka masing-masing. Aamiin.

Aku mulai mengatasi sampah dari hal yang kecil dulu: sampah di rumahku sendiri. Ini adalah M yang kedua. Tetapi meski kecil dan sederhana lingkup ini, ternyata aku tetap tidak dapat melakukannya jika hanya aku yang melakukannya. Aku perlu dukungan keluarga.

Kenapa keluarga harus mendukung? Karena ada beberapa hal tertentu yang memerlukan kerja sama dan persetujuan semua anggota keluarga. 

Langkah penting dalam melakukan pengomposan adalah memilah dan memilih sampah, membedakan mana sampah organik dan sampah anorganik. Lebih jauh lagi, sampah organik harus dipisahkan lebih lanjut: sampah hewani dan sampah nabati.

Kenapa harus demikian? Eh, ini nanti akan dibahas di tulisan ke-5 ya :)

Intinya, sampah harus dipilih dan dipilah. Nah, ngga bisa nih, kalau hanya aku saja yang melakukan ini di rumah. Suami dan anak-anak pun harus melakukannya juga, jika ingin program pengolahan sampah ini bekerja dengan baik. 

Satu hal yang krusial juga adalah, dalam rangka mengolah sampah organik, diperlukan tempat penampungan sementara sampah di dalam rumah. Kenapa? Ya aku kasih contoh nyata aja deh.

Dulu, aku hanya punya satu tempat sampah di dalam rumah. Isinya segala macam sampah, dari sampah kering hingga sampah basah, sampah organik dan anorganik semua tumplek blek jadi satu, lalu kalau sudah penuh, kantong sampah diikat dan taruh di luar, menunggu diangkut tukang sampah. Beres.
Kini, karena aku akan memasukkan hanya sampah organik nabati ke compost bag, dan memasukkan hanya sampah organik hewani ke lubang biopori, dan aku ngga mungkin dong bolak-balik setiap ada sampah baru lalu jalan ke compost bag/biopori, maka aku tampung dulu sampah organik nabati/hewani itu di tempat penampungan sementara. Ngga langsung masuk ke tempat sampah. Tempat penampungan sementara ini kuletakkan di dapur.

Kalau anggota keluarga lain ngga terlebih dulu diberi pemahaman dan pengertian bahwa kita akan menjalankan program pengomposan ini, mungkin mereka akan mengernyit heran atau bete melihat sampah yang 'ditunda untuk dibuang'. Bikin sebal kita juga kan kalau mereka kemudian membuang sampah yang sudah kita pilah begitu saja hingga tercampur lagi. 

Maka dari itu, demi keberhasilan proyek pengomposan ini, diperlukan kerja sama semua anggota keluarga ya.

Anak-anakku sedang membuat wadah pengomposan dari kaleng bekas kue ;)

***Bersambung***

#TantanganJuliForsen_9
#667kata

No comments:

Post a Comment