Tuesday, October 21, 2014

Another bedtime story

So we - my husband and I - decided that it is time for our sons to start sleeping by them self, not accompanied by us anymore.


Faza akan berusia 7 tahun November tahun ini, dan Izzan akan berusia 5 tahun di bulan yang sama. Usia yang menurut kami sudah cukup untuk berpisah tidur dengan kami. Izzan mungkin masih terbilang muda, tapi kan ada kakaknya yang akan menemani dia tidur.

 “Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun; dan pisahkanlah tempat tidur mereka,” (HR. Abu Dawud).

Di lantai dasar, ada dua kamar tidur. Salah satunya ditempati oleh kami berempat: saya, suami dan dua anak kami. Kamar bawah ini memang sedianya diperuntukkan untuk anak-anak, namun sampai saat ini kami berempat tidur bersama di sini. Furniture utama di kamar kami adalah tempat tidur utama dan lemari pakaian besar untuk saya dan suami. Satu kamar lagi ditempati oleh ART. Lemari pakaian anak-anak ada di kamar ART.

Jadi kami memulai dengan 'mendekor ulang' kamar tidur bawah. Tempat tidur utama dan lemari pakaian besar kami pindahkan ke kamar di lantai atas, yang memang kami alokasikan untuk menjadi kamar tidur saya dan suami. Kasurnya tetap di kamar bawah, hanya saja sekarang tanpa tempat tidurnya. Anak-anak senang sekali.. jika sebelumnya mereka kami larang untuk loncat-loncat di atas kasur karena khawatir tempat tidur kayu itu akan rusak, sekarang mereka bisa loncat-loncat di atas kasur sepuasnya, asalkan kaki mereka bersih.

Sebenarnya saya dan suami belum memikirkan 'langkah-langkah nyata' bagaimana caranya supaya kami bisa berpisah tempat tidur dengan anak-anak, dan bagaimana caranya mengkomunikasikan hal ini dengan anak-anak. Langkah pertama yang terpikir barulah dekor ulang ini saja ... hehe.. setidaknya ada langkah awal bukan?

Faza sudah siap untuk tidur malam ini. Saya belum mau tidur.. belum bisa. Alergi saya kambuh sejak sore, kaligata melanda. Rasanya terakhir mengalami kaligata waktu saya kuliah dulu, sekarang tiba-tiba koq muncul lagi ya. Gatal sekali... tangan dan leher memerah dan bentol-bentol. Saya berusaha menahan diri dari menggaruk-garuk.. duuuhh.. sulit sekali...

"Bun, ceritain dong".. kata Faza, berbaring di sebelah saya sambil saya usap-usap punggungnya, kebiasaan sebelum tidurnya sejak kecil. Izzan masih menemani ayahnya menonton TV di ruang tengah.
"Cerita apa?" tanya saya, sambil memandang bentol-bentol di tangan yang semakin meluas..hhh.. gatallll...
"Apa aja Bun, terserah Bunda" suara Faza terdengar sudah mengantuk.

Hmmm.. cerita apa yaa.. rasanya ga bisa berpikir kalau lagi diserang kaligata begini.. padahal sudah pakai bedak salisil.

"Buuun.." Faza memanggil karena saya tidak juga mulai bercerita.

"Eehhmm.. aduuh.. Aa coba deh liat tangan Bunda" bukannya bercerita saya malah memperlihatkan tangan saya.
"Kenapa Buun.." Faza malas-malasan melihat ke arah tangan saya.. "Apa itu Bun?" tanyanya melihat bentol-bentol menyebar di tangan saya.

"Iniiii...emm.. ini.." saya tidak bisa konsentrasi karena gatal.. Faza masih memperhatikan tangan saya. "Ini ya.. tau ngga Aa ini apa?" saya malah balik bertanya
"Ngga tau.. apa itu Bun? Bunda kenapa?" suara Faza terdengar cemas.
"Iniiii... ini tanda-tandanya Bunda bakal berubah jadi monster A.." saya tersenyum.. hehe.. entah kenapa ya koq kepikiran monster.. Faza memandang saya tidak percaya
"Iya Aa.. benerr.. ini tanda-tandanya.. tuuuhh kan tangan Bunda berubaaah..Kayak monster di film Bima itu ya A.. Makanya ntar Aa jangan bobo sama Bunda yaa... Ntar malem pas Aa bobo terus Bunda jadi monster, ntar Aa Bunda makan" saya tambah asyik mengkhayal melihat Faza tidak percaya.

Faza masih saja memandang saya.. terus tiba-tiba tanpa sepatah katapun dia bangun dan pindah ke ruang tengah. Haha.. asyiiiik.. ternyata mudah juga ya pisah tidur sama anak.

Saya masih berkutat dengan rasa gatal saat tiba-tiba teringat kalau kami belum sholat Isya. Ternyata Faza sudah tertidur di sofabed di ruang tengah. Saya minta suami saya membangunkan Faza, sementara saya sendiri membujuk Izzan supaya mau sholat bareng kami.

Faza sudah mengambil wudhu dan duduk di sofa menunggu. Saya sedang di depan kamar mandi, mengawasi Izzan mengambil wudhu. Suami sedang menyiapkan sajadah. Tiba-tiba saya mendengar Faza terisak-isak. Saya kaget sekali, suara tangisnya berbeda sekali.. sepertinya Faza sangat sedih.
"Aa kenapa, Sayang?" tanya saya, namun suara tangisannya malah semakin keras dan sedih. Jangan-jangan waktu dia tidur tadi dia bermimpi sedih ya??
"Faza kenapa?" saya bertanya lagi.. "Ayo kesini, cerita sama Bunda. Aa kenapa sedih amat?" saya panggil dia supaya mendekat, namun Faza duduk diam saja, malah tangisannya tambah sedih.

Saya mendekati dan memeluk Faza. "Kenapa, Aa? Cerita doong.. kalo Aa ga cerita gimana Bunda bisa tauuu.. Aa mimpi yaa?" Suami saya mengawasi kami. Izzan juga.
Faza masih menangis, "Ituu Buunn.. tadiii.. cerita Bundaaa.." tangisnya
"Cerita Bunda?" saya tidak mengerti. Suami saya menatap saya tajam.
"Iyaaa... tangan Bundaaa... Bunda jangan berubaaah" tangisnya kian keras.

Ooooo... ya ampuunn.. Cerita monster ituu!!
Rupanya Faza benar-benar percaya.. ya ampun.. Faza menangis karena takut Bundanya benar-benar berubah jadi monster! Saya merasa campur aduk: geli, heran dan terharu jadi satu.. Saya pikir Faza suka cerita monster karena salah satu film favoritnya adalah Bima.

"Maaf ya A.. Bunda tadi cuma bercanda, ga beneraan" saya memeluk Faza erat-erat. Suami saya tampak semakin curiga melihat saya merasa begitu bersalah, "Kenapa Bun?" tanyanya. Saya hanya nyengir melihat ke arahnya.. hehe..nanti sajalah ceritanya.

"Ngga Faza.. Bunda ga akan berubah jadi monster.. ga akan makan Faza" saya tersenyum saat berkata ini, memandang suami saya yang masih tidak mengerti.
Faza masih sedikit terisak-isak saat berkata "Faza kan mau bobo sama Bundaa, Bunda beneran jangan berubah yaa.."
Saya tersenyum, "Boleh.. nanti abis sholat Isya, Aa bobo sama Bunda yaa" 

Hahaha... gagal deh usaha pertama untuk pisah tidur sama anak-anak :)


<-- Here they are, three men in my life.. luv you all :)





******************************************************************************

'Tulisan ini disertakan di GA Every Mom has A Story #stopmomwar'
http://www.rinasusanti.com/2014/10/ga-every-mom-has-story.html




Wednesday, June 25, 2014

Setiap Perjalanan Adalah Petualangan

Saya adalah generasi yang tumbuh bersama cerita-cerita petualangan anak-anak. Enid Blyton dan Astrid Lindgren adalah dua pengarang favorit saya di usia Sekolah Dasar. Lima Sekawan, Mallory Towers dan Pasukan Mau Tahu adalah novel-novel pertama saya saat usia Sekolah Dasar.  Ronya , Pippi The Longstocking, dan Emil si anak ‘nakal’ dari desa Lonneberga, cerita-cerita itu sangat lucu!

Setiap perjalanan yang dilakukan oleh Julian, Dick, George, Anna dan anjing kesayangan mereka Timmy selalu tampak menyenangkan.. berlibur setiap liburan musim panas, pergi ke tempat-tempat yang menarik: tepi pantai, pulau terpencil di tengah laut, puri terbengkalai di suatu pulau; bahkan hanya bertamasya dengan bersepeda menyusuri jalan setapak di pinggir pedesaan pun menjadi kegiatan yang menyenangkan! Lebih menyenangkan lagi karena di setiap perjalanannya mereka selalu menemukan petualangan baru.

Enid Blyton dan Astrid Lindgren juga adalah pengarang yang sangat mampu memancing imajinasi anak-anak.. saat saya membaca novel-novel mereka, saya membayangkan betapa menyenangkannya daerah pinggir pedesaan Inggris, dengan hutan-hutan dan jalan-jalan setapaknya.. dan hutan Mattis di mana Ronya dan Birk bertualang, dengan penggambaran puri-puri dan hutan yang indah .. dan Gnoma Kelabu! Ya ampuuunn.. saat saya membaca buku Ronya, betapa saya ingin memelihara satuuuuu saja Gnoma Kelabu hahaha..

Berlanjut ke tingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Trio Detektif dari Alfred Hitchcock dan cerita misteri oleh pengarang Agatha Christie, membuat saya sempat bercita-cita menjadi detektif swasta hahaha… Pekerjaan itu tampak seru dan menegangkan, dan yang pasti saya akan mendapatkan kesempatan bepergian ke berbagai tempat yang baru.

Pergi ke Inggris dan negara-negara lainnya yang diceritakan di buku-buku itu, kemudian menjadi impian saya saat itu. Hanya pemandangan padang rumput di pedesaan Inggris pun tampak begitu indah, tidak pernah terpikirkan sama sekali bahwa Indonesia pun memiliki tempat yang sama indahnya atau bahkan jauh lebih indah. Namun fakta bahwa Indonesia memiliki tempat yang jauh lebih indah dibandingkan dengan tempat-tempat di Inggris juga tidak akan berpengaruh banyak pada saya, karena saya tidak pernah bepergian jauh dari rumah. Lingkup perjalanan saya hanya berkisar di rute rumah-sekolah-rumah. Di hari libur mungkin akan ditambah dengan rumah-pasar-rumah karena saya harus membantu ibu saya belanja ke pasar. Setelah dewasa tentu ada sedikit-sedikit penambahan seperti kampus tempat kuliah dan akhirnya kantor tempat bekerja. 

Pencarian akan petualangan juga seakan-akan terkubur perlahan-lahan seiring dengan semakin mahalnya harga buku. Buku cerita yang dulu seharga tiga ribu rupiah di masa saya Sekolah Dasar, kini mencapai harga puluhan ribu. Adanya kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih penting juga menurunkan minat saya untuk membeli buku. Misalnya kebutuhan untuk mencicil kendaraan bermotor, membeli kebutuhan anak-anak seperti popok dan susu, belum lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Cicilan rumah adalah salah satu hal yang sangat menyita pengeluaran kami sebagai keluarga. Ya.. kami telah memutuskan untuk mencicil sebuah rumah. Rumah itu terletak di daerah yang tadinya merupakan lahan tak terawat, banyak pohon-pohon, dan selokan kecil, ada tebing dan sungai besar di tepi perumahan kami. Ada tempat pemancingan umum di tengah perumahan. 

Rumah kami berada di sudut suatu perempatan. Kira-kira dua puluh meter ke arah kiri, ada tebing dengan tinggi sekitar sepuluh meter, penuh dengan tanaman merambat di dinding tebingnya. Puncak tebing dipenuhi berbagai pepohonan, namun yang paling banyak adalah pohon bambu hijau. Gemerisik dedaunannya berubah menjadi gemuruh jika angin bertiup cukup kencang. 

Sekitar dua ratus meter ke arah belakang, ada sungai besar memagari tepi perumahan: Sungai Ciliwung. Tepi sungai berjarak sekitar lima meter dari pagar batas perumahan. Tentu saja saya sudah pernah melihat sungai sebelumnya… namun kini saya lebih merasa memiliki sungai itu, karena sangat dekat dengan rumah kami. Batu-batu sungai yang besar, aliran sungai yang deras ataupun tenang, dapat saya amati dari tepian sungai dengan leluasa setiap saat.

Saat baru beberapa rumah saja yang telah dibangun di komplek perumahan, saya masih sangat dapat merasakan suasana alam liar. Embun pagi di rerumputan, ikan-ikan besar di selokan di depan rumah – bahkan suatu waktu saya benar-benar melihat ular air melintas cepat! – kunang-kunang beterbangan di udara malam. Hal-hal ini sudah tidak pernah saya rasakan lagi di kota tempat rumah orang tua saya, padahal jarak antara komplek perumahan saya dan rumah orang tua saya hanya 20 menit berkendara.

Menyadari bahwa keistimewaan mengalami alam liar ini tidak akan saya rasakan selamanya – karena pastinya pihak pengembang akan melanjutkan pembangunan rumah-rumah lain di sekitar rumah kami, alhasil alam liar saya pun tidak akan bertahan lama - saya jadi benar-benar menikmati mengamati alam sekitar saya, kapan pun saya sempat mengamatinya. Saya mengajak anak-anak saya mengamati kepiting berjalan di selokan, musang yang berlari di sela pepohonan atau kupu-kupu yang terbang rendah mencari bunga. 




















Dan tiba-tiba saja kesadaran itu menghentak diri saya! Ingatan masa lalu saya yang mengantar saya pada apa yang saya lakukan saat itu. Pencarian atas petualangan! Ternyata saya tidak perlu mencari jauh-jauh.. petualangan itu ada di sekitar saya! Setiap perjalanan dapat menjadi suatu petualangan, tinggal pikiran kita saja yang memutuskan apakah suatu perjalanan akan hanya menjadi suatu perjalanan atau akan menjadi suatu petualangan yang menyenangkan.

Anak-anak saya berada di usia 4-6 tahun saat ini, mereka akan mengikuti rasa kami orang tuanya dan akan mengikuti irama petualangan dalam perjalanan jika kami menjadikan suatu perjalanan adalah petualangan. HIngga kini, menaiki jalan setapak yang menanjak di belakang rumah kami namai mendaki gunung. Setibanya di ‘puncak gunung’, kami dapat memandang atap-atap rumah di kompleks perumahan kami. Melihat-lihat ikan kecil di selokan kami namai berburu ikan (dan kepiting), hmmm... 

Sayang sekali sungai Ciliwung yang melintasi komplek perumahan kami terlihat kotor karena banyak sampah yang tersangkut di dahan-dahan pohon di sepanjang tepi sungai. Pernah suatu kali anak saya bertanya, “Bunda kenapa ada banyak sampah di sungai?” “Hmmm.. kalau ada banyak sampah di sungai, sungainya jadi bagus ngga, De?” saya balik bertanya. “Tidak, Bunda” jawabnya. 

Benar adanya bahwa kemajuan suatu masyarakat dimulai dari anak-anaknya. Mereka adalah peniru paling ulung. Apa yang dilakukan oleh orang tuanya, mereka akan mengikuti. Walaupun lingkungan memberikan pengaruh yang sangat kuat, tapi kitalah sebagai orang terdekat mereka yang harus memberikan pendidikan tentang apa yang baik dan buruk sedari dini dan menjadi teladan yang baik bagi mereka.

Demikian pula pendidikan tentang menjaga lingkungan sekitar kita. Jangan pukul pohon (entah mengapa ya anak-anak suka sekali memungut batang kayu di jalan dan menyabetkannya pada pohon-pohon), jangan petik bunga, jangan buang sampah sembarangan, jangan lempar ikan pakai batu, jangan mencolok-colok kepiting, dan jangan-jangan lainnya saya ucapkan jika sedang berjalan-jalan dengan mereka. Banyak sekali tingkah laku mereka yang kadang terlihat aneh dan untuk apa ya mereka melakukan itu? tapi kebanyakan dari tingkah laku aneh mereka hanyalah buah dari keingintahuan mereka. Ini adalah sifat alami anak-anak, dengan cara inilah mereka belajar tentang dunia di sekitar mereka. Sungguh jika kita menahan diri dari rasa marah karena keingintahuan anak-anak dan tetap sabar dalam memberikan pengertian yang baik, maka kita akan menikmati buah dari itu semua; anak-anak yang mencintai lingkungannya, dan mencintai petualangan.

Monday, February 17, 2014

Taman Impian Jaya Astrid ep.2

Saya sudah mulai membeli rumput.

Ceritanya.. saya lagi melihat2 jadwal kegiatan semester anak2, dan lihat punya lihat.. ternyata tanggal 19 harus bawa tanaman untuk dibawa ke sekolah. saya sms sama gurunya, ternyata untuk TK B diharapkan bawa tanaman hias dan untuk kelas PG diharapkan membawa tanaman obat.

Tanggal 19 itu hari Rabu, dan saya ga mau pengalaman tahun kemarin terulang lagi,.. H-1 disms sama Bu Guru untuk membawa tanaman hias dan malamnya kelabakan menyusuri Jalan Pajajaran nyari tempat penjualan tanaman hias yang masih buka.. Sooo.. mumpung sekarang masih hari Minggu, pergilah kami mencari tanaman2 itu.

Di Jalan Pajajaran dekat Jambu Dua, kami parkir di sisi jalan di mana nongkronglah disitu seorang bapak menunggui tanamannya. Ga ada tamanan hias yang sedang berbunga, tapi karena sudah kepalang berhenti di situ, akhirnya kami meminta anak2 memilih tanaman mana yang mereka suka. Mereke berdua memilih tanaman cemara. Harganya murah lho.. satu pohon kecil cuma 5000 rupiah saja. sayangnya ga ada tanaman obat juga.. tapi tak apalah karena Izzan juga ga mau bawa tanaman obat, dia insist pengen cemara juga.

Pas mau pulang, saya melihat tanaman kecil2 di polybag hitam kecil, saya tanya apa itu. Ternyata itulah si rumput kucai itu.. so imut2 dan kecil sekaliii..

Saya tanya harganya, 1000 rupiah satu polybag! Murahh.. Suami saya kayanya melihat betapa inginnya saya membeli rumput kucai itu.. ya udah coba aja beli 10, katanya.. Belilah saya 10 polybag.. Horeee taman saya akan ditanami rumput!!

Kami sampai di rumah siang, panaaaaass lumayan.. jadi rumput2 itu harus menunggu hingga sore hari.

Sore tiba, saya segera mengambil sekop kecil dan mulai menggali petak di depan teras rumah sebelah.. Ternyata ga terlalu susah menggali tanah itu -tadinya saya berpikir tanahnya akan keras sekali karena tampaknya begitu- tanahnya cukup gembur dan gampang digali, hanya ternyata banyak batu kerikilnya.

Kata suami saya siihh.. itu karena dia sebelumnya sudah lebih dulu membuang brangkal2 besar dari tanahnya.. okee deeehhh.. :* for my husband

Mungkin karena melihat saya 'bertanggung jawab' langsung menanam sendiri rumput2 yang tadi dibeli, suami saya langsung mengiyakan pas saya bilang, 10 polybag setiap minggu ya Yah.. secara keuangan kami rasanya sedang sangat aga2 harus diperketat.. jadi buat beli rumput aja kaya yang susah gitu.. hehe..

Rumput kucai itu yang warnanya hijau tua dan kecil, yang warnanya putih hijau dan lebih besar saya ga tau namanya apa hehe.. tapi bagus juga ternyata dijadikan bingkai :)

Thursday, February 13, 2014

our flat tire vs their flat tire

i picked up my husband on the way home from work.. and almost as usual, we had flat tire. i don't know why, but we often got flat tire whenever we ride together.

we started to feel that there was something wrong with the back tire not long after we ride the motor, but we were unsure, so we keep on riding the motor. in the next 5 minutes, we were SURE that we had flat tire, so we stopped, and looked around looking for tire repairman..

there he was.. the tire repairman... worked hard pulling two tire out of a car.. oh my.. it's going to be long, my husband whispered.. well what to do then.. we just had to wait...

after like half an hour of waiting, finally the tire repairman turned his direction to our motor, and started to check the tire.. oh wow.. he said.. we cannot save the inner tube, the damage is too much..
what?? i just changed the inner tube like two weeks ago! it was because i noticed the flat tire at home, and i still had to drop the children to school and the repairman was much to far from home.. so i just HAD to ride to find him (excuses..excuses.. i know it is 'forbidden' to ride on flat tire.. but what can i do then?)

did you ride on flat tire? the repairman asked.. and my husband and i looked at each other.. well.. hmmm.. yes maybe.. but not for long! i added quickly.. the repairman frowned..

....

the next morning as usual after i drop my children to school, i went to vegetable stall near home to find something to cook. from a distance i noticed two ladies on a scooter talking to each other. and i noticed they did not realize that they had flat tire! almost flat actually.. wanted them to avoid the same experience like me spending quite some money to replace inner tube (twice!) because of riding on flat tire, i hurriedly told them.. hey.. you have flat tire!

the two ladies seemed surprised to hear me. and then they looked down.. and the lady at the back started laughing.. in a quite embarrassed way .. oh my.. i'm much to heavy, she laughed.. she (the lady at the back pointed the lady at the front seat of the scooter) already told me i'm to heavy to piggybacking her scooter.. but i'm insist..hahaha..

ouch.. i whispered in my heart.. i don't know how to respond to this.. so i just smiled and rode away.. feeling awkward while passing them by.. the lady at the front seat looked at her companion awkwardly too.

now i just notice that they BOTH were actually quite BIG.. oh dear.. may be it was not flat tire after all.. maybe it was because of their weight.... ooohhh.. me and my quasi-hero..

Taman Impian Jaya Astrid - ep.1


Saya akan punya taman..



Nanti kalau saya sudah bisa post picture di sini saya akan posting pic nya hehehe... -- hey.. saya sudah bisa posting pics.. haha

Ini adalah pic taman saya yang belom jadi :
....



Taman saya ini nantinya akan banyak berisi tanaman bumbu dapur, karena cita-cita saya adalah tidak usah beli bumbu dapur ke tukang sayur.. kalo harga cabe lagi mahal saya ga perlu repot complain ke pemerintah kenapa harga cabe mahal, ato complain kenapa hujan turun terus sampe2 pasokan cabe menurun (iya kan ya.. kalo musim hujan harga cabe mahal karena katanya cabe2 jadi gampang busuk)... nahh nanti mah taman saya akan dikondisikan sehingga tetep menghasilkan cabe di musim hujan :)

Dulu taman saya ga kaya gini, taman saya berkurang karena tergerus pembangun karena pertambahan jumlah penduduk.. maksudnya karena saya dan suami membentuk keluarga kecil bahagia (insyaallah) sejahtera dan kami memiliki 2 orang putera, dan rumah asal kami yang tipe 36 dengan 2 kamar rasanya tidak akan memadai untuk keluarga dengan jumlah 4 orang (+ 2 orang nannies saat ini).


Jadiiiii... saat kami memperoleh dana (pinjaman) yang cukup, kami melakukan renovasi dengan menambah area rumah dan mengurangi area taman.. hiks.. kira2 setengah dari area hook dulu dijadikan area rumah baru.. soo area bercocok tanam saya berkurang..

-rasanya saya egois sekali dengan bilang taman saya.. padahal itu kan rumah kami sekeluarga, tapi kalo menyebut taman kami rasanya ga enakeun.. hehe.. lagian suami memberi keleluasaan penuh pada saya untuk mengatur taman saya, walaupun belum tentu memberikan keleluasaan dana hehe..-

Ide tentang taman saya akan seperti ini:

- alasnya pasti rumput, walopun belum jelas mau rumput apa.. karena dulu pernah ditanami rumput gajah mini tapi banyak yang jadi mati, mungkin karena taman saya dulu sangat shadowy.. rumput gajah mini sangat membutuhkan sinar matahari

- masih tentang rumputnya, saat ini tanah taman saya belom bisa ditanami rumput kayanya.. karena tanahnya keras bangeedd..masih banyak sisa2 puing di tanah dan sampe saat ini belom ada waktu buat ngebersihin sendiri, and belom ada dana buat bayar orang buat ngebersihin sisa puingnya :)

- akan ada pot-pot kecil berisi berbagai tanaman bumbu dan sayur misalnya cabe merah, cabe rawit, bawang, tomat, sawi, kangkung, kacang panjang, bayam de el el... pengennya sih tanamannya jangan gede2 banget, tapi menghasilkan..


- kalo bisa pot-pot nya ditaruh di rak bertingkat, jadi memaksimalkan lahan yang ada

Oh ya.. di taman saya yang dulu saya juga pernah bercocok tanam cabe.. tapi ngga tau kenapa, cabenya koq ga pedes.. walopun saya ga keberatan sama sekali karena kami sekeluarga ga terlalu suka pedes.. saya pakai cabe untuk supaya makanan kami aga berwarna aja..

Saat ini saya sudah punya 2 pot plastik yang ceritanya diisi pupuk organik (sampah daun2an dan sedikit sampah sisa makanan). 3 ember plastik bekas pembangunan rumah dan satu kaleng makanan bekas, semuanya di alihfungsikan jadi pot.

Saya juga dah mulai menaruh bawang putih di toples kaca sejak seminggu kemarin, dialasi kain kasa basah -ceritanya bikin hidroponik sangat sederhana- dan sekarang bawang putih itu mulai berakar dan berbatang (?), nanti kalo saya punya waktu akan saya pindahkan ke pot beneran berisi tanah.

Sekian dulu dari saya..

Ntar di lanjut..