Friday, December 1, 2023

Coming in Hot: The Trendiest Gymwear Styles for Women 2023

2023 has been the year of fashion and new styles, and this wave of fashion didn’t leave gymwear alone either. That’s because the clothing brands started a new line of activewear, and they have been using the trendiest cuts to make sure people work out without compromising on fashion. However, with so many long sleeve legging set and bodysuits around you, it gets challenging to choose one.

For this reason, we took on the responsibility, and we have chosen the trendiest styles and pieces that will make you look amazing. So, let’s get started now!

Saturday, November 25, 2023

BRI dan UMi, Sinergi demi Masa Depan Negeri


Dia seorang penjual gorengan. Kita sebut saja namanya Mang Sarman (bukan nama sebenarnya). Aku tidak tahu pasti sudah berapa lama Mang Sarman sudah berjualan gorengan, tetapi seingatku, sejak SMP aku sudah sering mencegatnya jika dia lewat depan rumah. Kroketnya enak, isi bihun dan sedikit irisan wortel saja, tetapi rasanya sangat pas di lidah. Bala-balanya gurih tetapi tidak terlalu gurih. Mantap banget dimakan saat hangat, ditemani sebuah cabe rawit.

Dulu Mang Sarman masih gagah, berjalan keliling kampung ibuku sambil memanggul pikulan gorengan. Kamu masih ingat tukang gorengan yang memikul bawaannya? Di satu pikulan ada penggorengan dengan kompor di bawahnya. Di pikulan lain ada tempat membuat adonan, juga laci tempat uang. Zaman duluuu, ada banyak penjual yang menjajakan dagangannya dengan cara dipikul, berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Tukang bubur ayam, tukang soto santan, tukang gorengan, dulu semua dipikul.

Kembali ke masa kini. Waktu itu aku sedang mengunjungi Mama, silaturahim mingguan, seperti biasanya. Saat melihat seorang penjual gorengan sedang melayani pembeli di depan rumah Mama, aku berusaha mengingat-ingat. Aku bertanya pada Mama untuk memastikan dan benar saja, itu Mang Sarman.

Kata Mama, Mang Sarman masih suka lewat sini, tetapi sudah jarang banget. Jadi saat aku melihatnya, kuanggap itu sebagai rezeki. Aku menghampirinya.

Mang Sarman sudah renta. Tentu saja, kini sudah sekian puluh tahun berlalu dari masa aku SMP. Namun, Mang Sarman masih tetap dengan ‘gayanya’. Memanggul pikulan gorengan.

Friday, November 3, 2023

Kreativitas dan Kepedulian Muhammad Aripin dalam Pemberdayaan Kaum Marjinal


“Bunda, punya botol plastik bekas?”

Aku berhenti mengetik dan menoleh ke Defai yang berdiri di sebelah meja komputer. “Ada di atas,” jawabku sambil mengarahkan dagu ke tangga. Aku menyimpan barang-barang bekas yang sudah kubersihkan untuk dikirim ke Bank Sampah di gudang di lantai dua.

Defai mengangguk. Di tengah tangga, dia berseru lagi. “Ada tutupnya? Sama sedotan bekas?”

“Ada di atas juga!” Aku balas berseru sambil kembali mengetik.

Tak lama, putri kecilku yang berusia 7 tahun itu sudah berdiri di sampingku. “Sekarang Defai perlu lidi dan lem,” ucapnya serius.

Aku mengerutkan kening. “Ade mau bikin apa?”

Thursday, October 26, 2023

Akhmad Sobirin Ekspor Gula Semut ke Mancanegara, Kok Bisa?


Menulis tentang para peraih apresiasi
SATU Indonesia Awards, merupakan salah satu momentum yang membuka mata hatiku. Ya, karena aku jadi ‘terpaksa terpapar’ pada kisah-kisah sukses orang-orang hebat ini. Beberapa dari mereka sungguh usianya lebih muda dariku, tetapi sudah bisa meraih kesuksesan (insyaAllah) dan bukan hanya itu, juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, mengubah nasib dan mungkin masa depan mereka hingga ke anak cucu. MasyaAllah.  

SATU Indonesia Awards adalah suatu bentuk apreasiasi yang diberikan oleh PT Astra International Tbk. bagi generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitar di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Salah satu peraih apresiasi ini adalah Akhmad Sobirin pada tahun 2016, dengan aksinya memberdayakan gula semut.

Friday, October 20, 2023

Menggali Inspirasi dari Joko Sulistyo Sang Penyalur Air Tanah Kapur


Waktu itu kami pulang ke rumah dengan terburu-buru. Sudah pukul 16.00. Kami harus berangkat lagi pukul 16.30 jika tidak mau telat mengantarkan si nomor dua ke pondok pukul 19.00.

Hujan mengguyur Bogor seperti air yang disiramkan ke dua kucing yang sedang berantem. Banyak banget, maksudnya. Deras kalau untuk konteks hujan. Kami kuyup hanya sejarak turun dari mobil, membuka pagar lalu lari ke teras.

“Cepat semuanya mandi! Jangan pakai lama!” seruku. Aku sendiri sudah kebelet pengin buang air kecil. Karena suami dan si nomor dua langsung mengakuisisi dua kamar mandi di lantai bawah, aku langsung lari ke kamar mandi lantai atas. Si sulung dan si bungsu harus rela mengantre.

Saturday, October 14, 2023

Belajar pada Heri Chandra Santoso, Menghidupkan Sastra dari Desa Boja ke Indonesia


Aku menghela napas panjang saat melihat anak-anakku sibuk masing-masing. Anak pertama main game di ponselnya, anak kedua main game di komputer dan yang ketiga nonton video mukbang di tablet. Ini memang hari Minggu, tetapi ….

“Apa ngga ada kegiatan lain selain main game atau nonton youtube?” tanyaku jengkel.

Tidak ada jawaban pasti, ketiga anakku hanya menggumam tak jelas dengan mata tetap tertancap di layar.

“Udah berapa lama main?” tanyaku lagi.

Kali ini semua mulai dengan enggan menatapku, lalu pelan-pelan meringis. Itu artinya sudah lebih dari waktu yang diizinkan.

Aku mengangkat alis, lalu menjatuhkan vonis. “Yak! Kalau gitu semua udahan nontonnya, yaa!”

Sebagaimana bisa diduga, suara-suara protes langsung bermunculan. Aku bergeming dan akhirnya semua meninggalkan gawainya.

“Sekarang ngapain?” tanya si bungsu. Dia ikut-ikutan aku menyilangkan tangan di dada.

“Kan bisa baca buku,” jawabku cepat. “Bunda punya banyaaak buku!” Aku menunjuk ke arah rak-rak buku di sebelah komputer sambil tersenyum lebar.

Monday, October 9, 2023

Vania Febriyantie: Menyemai Asa kala Pandemi dengan Urban Farming



Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Membuat banyak orang terpuruk karena kehilangan orang tersayang. Pembatasan interaksi membuat banyak sektor ekonomi terpaksa menghentikan aktivitasnya. Ini berarti berkurang bahkan hilangnya pekerjaan yang berarti hilang pula sumber penghasilan sehari-hari. Hilang sumber penghasilan berarti tak ada lagi kemampuan untuk menghidupi diri maupun keluarga.

Namun, kesempitan yang terjadi ternyata juga berhasil memantik ide kreatif bagi yang lain. Yang lain ini salah satunya adalah Vania Febriyantie. Perempuan kelahiran 24 Februari 1993 ini menggagas ide Petani Kota dengan Advance Payment, yang membuatnya memenangkan Penghargaan SATU Indonesia Awards 2021 di Kategori Khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19. Penghargaan SATU Indonesia Awards adalah penghargaan bergengsi dari PT Astra International Tbk. yang diberikan kepada individu maupun kelompok generasi muda yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Apa sih Petani Kota itu? Terlebih lagi, kok dikaitkan dengan Advance Payment?