Monday, September 28, 2015

Desau angin yang mengerikan di The Happening

Sebenarnya aku bukan penggemar film, baik layar kaca maupun layar perak. Aku tidak pernah sengaja pergi ke bioskop saat ada film baru, apalagi datang ke premiere. Aku jarang beli DVD atau mengunduh film. Genre-ku tidak jelas, kadang suka film romantis seperti Sleepless in Seattle, atau film komedi seperti Shaolin Soccer, atau film anak-anak seperti Narnia, juga film remaja seperti Flipped.

Oh ya, satu genre yang belum kusebutkan di atas adalah horor atau thriller. Kadang penasaran ingin nonton, tapi adegan-adegan seramnya suka terbawa mimpi dan aku jadi takut pergi ke kamar mandi atau ke dapur sendiri. Di jaman kuliah, ada satu film horor nasional yang booming banget: Jelangkung. Saking hebohnya pembicaraan tentang film itu, aku yang penakut ini ingin nonton juga. Jadi berangkatlah kami sekosan -sekitar 6 orang- pergi nonton ke Bandung. Di Jatinangor tahun 2001-an belum ada bioskop. Dan alhasil, sepulang nonton kami semua tidur sekamar! Tidak ada yang berani tidur di kamarnya sendiri, hahaha...

Selain bikin takut, film horor juga sering bikin kesal. Gimana ngga kesal, coba... Sudah tau ya itu tuh rumah berhantu, kenapa juga masih dimasuki?! Kenapa kalau ada bayangan sekelebatan masuk ke basement atau loteng yang gelap, masih juga diikuti?! Terus kenapa sih setting-nya harus gelap gulita, kenapa musik latarnya harus jreng-jreng-jreng begitu? Kenapa orang-orang itu ngga sadar kalau musiknya udah mulai 'begitu', itu tuh tanda kalo hantunya mau keluar.. jadi kan mereka bisa siap-siap..

Friday, September 25, 2015

WAN TU CERI !!

"Bun, ceri berapa?" Ade Izzan datang dan bertanya tiba-tiba.
"Hah.. maksud Ade?" aku mengernyit. Terjemahanku sejenak teralihkan.
"Ceri berapaaa??" Ade Izzan cepat sekali tidak sabaran.
"Ceri yang di atas kue?" tanya Aa Faza yang sedari tadi duduk memperhatikanku bekerja.
"Bukaannn... Ceriii..." Izzan berseru.
"Ceri apa seri? Kalau seri berarti angkanya sama. Kalau di perlombaan seri berarti hasilnya sama ngga ada yang menang," aku mencoba menjelaskan.
"Ceriiii.. Itu lohh.. Wan.. ceriiii.." Izzan tetap tidak puas dengan penjelasanku.

*TIBA-TIBA SEPERTI ADA LAMPU PIJAR MENYALA DALAM OTAKKU

"Ooohh... Ceriiii... Three Adeeee.. Three itu tigaaaa," aku lega sekali akhirnya bisa memahami Izzan.
"Oh.. tiga," dan Ade Izzan pun berlalu.


Ini Ade Izzan sedang menulis namanya sendiri... sebentaaarrrr lagi.. tinggal huruf N nya aja dan tiba-tiba dia bilang "Capeee Buuunnn..."

Tuesday, September 15, 2015

Cucii tangaan biar bersiiihhh .. la la la..

Di awal semester kelas 2, Komite Kelas-nya Faza belum menyiapkan perlengkapan kelas seperti dispenser, tissue dan sabun cuci tangan. Anak-anakku selalu kubiasakan untuk rajin mencuci tangan, dan Faza membawa sabun cuci tangannya sendiri dari rumah. Sabun cair itu ditaruh di saku samping tas sekolahnya. Ini adalah hari kesekian Faza membawa sabun itu. Di parkiran sekolah, setelah melepas jaket, masker dan kaca mata hitamnya, seakan-akan teringat sesuatu, tiba-tiba Faza memindahkan sabunnya ke kantong tas bagian dalam.

"Kenapa dipindah?" aku khawatir sabun cair itu tumpah dan mengenai buku-bukunya.
"Nanti dimarahin Pak Reza," gumam Faza pelan. Pak Reza adalah wali kelasnya.
"Kenapa dimarahin?"
"Soalnya temen-temen pada minta," Faza menutup resleting tasnya.
"Ya ngga apa-apa atuh kalo pada minta, Aa kasi aja." aku masih aga bingung.
"Tapi kata Pak Reza nanti aja. Misalnya pas abis makan," sahut Faza.
"Lah emang temen-temen Aa minta sabunnya kapan?" aku tambah bingung. "Pas lagi belajar?" aku bertanya sambil tak percaya.
"Iya pas lagi belajar," Faza menyahut, raut mukanya biasa ajahhh(!)

Walah..walah.. Aku tertawa geli. Ya pantas aja Pak Guru-nya marah. Eh Faza juga malah marah melihat aku tertawa, "Iya Bunda beneraaann.."
"Iya, iya.. temen-temen Aa lucu dan aneh ya.. Ya udah masukin aja sabunnya," aku masih geli.

Malam harinya Faza mengeluarkan sabun itu dari tasnya. Ga usah bawa lagi. di kelas udah ada sabun, katanya.


Izzan ganteng tauuuu!!

Ultraboy in action! - Foto koleksi pribadi

Suatu pagi di bulan September 2015

"Bundaaa.." Ade Izzan teriak memanggilku. Aku yang lagi di kamar mandi ikutan teriak, "Iyaa, sebentaarr.."
"Bunda, Hapid yang di pengajian suka ngeledekin Izzan," Izzan laporan saat aku keluar kamar mandi. Izzan dan kakaknya Faza ikut pengajian TPA setiap sore di masjid komplek.
"Hapid yang mana? Ngeledekin gimana?"
"Iiih Buunn.. Hapid yang di pengajian! (seakan-akan aku hapal semua anak yang ikut pengajian TPA) Dianya bilang, 'Izzan jelek..Izzan jelek'... gituu Buunnn," Izzan manyun.
"Ooohh... terusss.." aku senyum-senyum lihat Izzan serius amat.
"Izzan bilangin sama Bunda Pengajian," (maksudnya Ustadzah di TPA yang biasa dipanggil Bunda).
"Terus apa kata Bunda Pengajian?"
"Katanya mungkin Hapid bercanda. Tapi menurut Izzan, Hapid ngga bercanda deh," Izzan masih manyun. 

Aku masih senyum-senyum. Anakku yang mau 6 tahun ini emang kadang aga terlalu sensitif. "Oh, iya kali.. Mungkin Hapid memang bercanda. Tapi lain kali Hapid ngeledekin Ade lagi, Ade bales aja, giniii..'Izzan ngga jelek, Izzan ganteng', gitu yaaa..Ade bilang yang keras yaaa.." aku menyarankan sambil melangkah ke kamar untuk ganti baju.

Keluar dari kamar, aku mendengar Izzan bicara sama tetehnya di dapur.
"Teh, Izzan nanti sore mau mandi lebih bersih ya supaya Hapid ngga ngeledekin Izzan lagi. Soalnya sebenernya Izzan kan ganteng," nadanya serius sekali. 
Si Teteh tersedak nahan tawa.
"Terus Teh, sebenernya kan Izzan juga bales ngeledek Hapid, tapi Hapidnya ngga denger."
"Lho, koq Hapidnya ngga denger?" suara si Teteh bercampur antara geli dan bingung.
"Iya, Izzan kan ngeledeknya bisik-bisik, 'Hapid jelek..Hapid jelek'.. gituu.." bisik Izzan.

Heuuu.. dunia anak-anak... 

Sunday, September 6, 2015

Seledri

Seledri.. atau saledri.. or celery.. a simple herb, noble herb.. with wonderful smell.

Essential to be put on chicken soup for the soul.




Red as a chili pepper, not spicy though..

I like chili peppers, and sometimes they are expensive at the market.. So I cultivate them.

So at first I was unsure whether this was a green chili or will it turn to red. It was already several days past by and the chili remained green.



Then one day.. it happened! It changed its color!



And then at last it was completely red! The most beautiful red I've ever seen in my life..


Tuesday, September 1, 2015

My kid has grown up

Apa yang kau pikirkan, ketika buah hati kecilmu yang dulu tidak pernah lepas darimu, menggelendot manja padamu, tiba-tiba suatu saat berkata, 'Bunda, cukup sampai di sini saja antar aku?'

Apa yang kau rasakan, tatkala dia berjalan tanpa menengok ke belakang? Dia yang dulu selalu mengikuti kemanapun engkau pergi, kini begitu gagah menapakkan kaki. Tapi hati kecil ini sedikit tidak rela...

Apa yang kunantikan? Kuciumi dan kuhirup aromanya sepuasnya saat ini, menunggu masanya dia menolak pelukanku.