Thursday, October 26, 2023

Akhmad Sobirin Ekspor Gula Semut ke Mancanegara, Kok Bisa?


Menulis tentang para peraih apresiasi
SATU Indonesia Awards, merupakan salah satu momentum yang membuka mata hatiku. Ya, karena aku jadi ‘terpaksa terpapar’ pada kisah-kisah sukses orang-orang hebat ini. Beberapa dari mereka sungguh usianya lebih muda dariku, tetapi sudah bisa meraih kesuksesan (insyaAllah) dan bukan hanya itu, juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, mengubah nasib dan mungkin masa depan mereka hingga ke anak cucu. MasyaAllah.  

SATU Indonesia Awards adalah suatu bentuk apreasiasi yang diberikan oleh PT Astra International Tbk. bagi generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitar di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Salah satu peraih apresiasi ini adalah Akhmad Sobirin pada tahun 2016, dengan aksinya memberdayakan gula semut.

Jujur saja, yang paling menggelitik rasa ingin tahuku saat menulis kisah-kisah sukses ini adalah: kok bisa mereka begitu? Apa yang membedakan mereka dari aku? Bagaimana mereka tahu harus melakukan apa yang harus dilakukan? Kenapa mereka begitu berani melakukannya?

Namun sebelum menuju ke sana, sekilas saya akan coba jabarkan tentang Akhmad Sobirin dan gula semut.

Akhmad Sobirin sendiri adalah seorang pemuda usia 35 tahun yang berasal dari Desa Semedo, Kecamatan Pakuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dia adalah lulusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada. Jurusan yang cukup mentereng dari universitas yang terkenal pula. Namun siapa sangka, dia lebih suka menggeluti ‘hobi bisnis’ yang tidak sejalan dengan bidang keilmuannya. Sejak awal masuk kuliah, dia sudah berjualan donat, pulsa hingga membuka usaha laundry.

Setelah lulus, Akhmad pulang kampung. Di desanya dia melihat banyak hal yang mengusik hatinya. Sejak dahulu, Desa Semedo adalah salah satu desa penghasil gula kelapa jenis nira. Penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani, perajin kelapa nira, dan peternak. Namun, yang paling banyak adalah perajin kelapa aren atau enau, karena hampir setiap keluarga di Semedo memiliki kebun pohon penghasil gula nira ini.

Sayangnya, sejak dahulu pula penghidupan penduduk desa tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik secara signifikan. Mereka hanya tahu cara membuat gula merah batangan, yang dijual lewat para tengkulak, dengan sistem ijon dan dihargai sangat murah pula. Ini sangat merugikan para petani dan perajin nira. Belum lagi jika gula merah itu tidak laku dan perajin terjerat hutang kepada tengkulak. Sungguh persoalan yang rumit.

Lalu bagaimana hubungan semua ini dengan kepulangan Akhmad Sobirin ke kampung halaman dan gula semut? Apa pula itu gula semut?

Melihat kondisi desanya, Akhmad Sobirin terusik dan tergerak hatinya untuk memperbaiki keadaan ekonomi penduduk desa yang memprihatinkan itu. Dia pulang kampung dengan harapan bisa ikut berkontribusi membangun desa. Dia kemudian memperkenalkan gula semut kepada para petani dan perajin nira atas beberapa pertimbangan, di antaranya adalah bahwa berdasarkan pengamatannya di internet, gula semut memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibanding gula merah batangan dan diminati oleh pasar ekspor.

Jadi, gula semut adalah gula merah dalam bentuk bubuk. Sering pula disebut sebagai gula kristal. Kenapa disebut gula semut? Karena bentuknya mirip dengan rumah semut yang ada di tanah. Bahan dasarnya adalah nira dari pohon kelapa aren atau enau. Nira adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon aren. Nira mengandung 10-15% gula.

Penyadap nira dari pohon kelapa aren.
Sumber gambar: id.wikipedia.org.

Gula semut.
Sumber gambar: semedomanise.com

Pada tahun 2011, terjadi lonjakan permintaan ekspor gula semut. Peluang ini ditangkap oleh Akhmad yang lalu mengajak para perajin gula nira untuk bergabung dan menindaklanjuti permintaan pasar yang menggiurkan ini. Dia membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Manggar Jaya pada bulan Juni 2012. Lewat kelompok ini, para petani dan perajin mengeluhkan kondisi mereka dan Akhmad menelurkan gagasan serta ide-idenya. Namun sayang, semua itu belum bisa meyakinkan para petani dan perajin nira karena masih terkendala konsep yang belum jelas.

Hambatan juga datang dari para tengkulak yang merasa terancam oleh kehadiran Akhmad dan Manggar Jaya. Tentu saja, karena para tengkulak itu tidak akan lagi bisa memeras keuntungan jika Akhmad berhasil merangkul para petani dan perajin nira. Namun, kekuatan niat baik selalu bisa mengalahkan rintangan apa pun. Akhmad Sobirin tidak gentar menghadapi intimidasi dari para tengkulak.

Kekuatan pribadi Akhmad yang lainnya adalah keyakinan dan optimisme. Peluang kedua datang ketika Akhmad pergi ke Semarang atas fasilitas dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Setempat, untuk pelatihan membuat situs UKM. Tak disangka tak dinyana, ada seorang calon klien yang menelepon nomor kontak Akhmad untuk meminta sampel gula semut. Akhmad menyediakannya, sample itu cocok dengan selera klien and the rest is history

Kini Akhmad Sobirin sudah bisa tersenyum melihat kondisi desa tempat kelahirannya. Pasar ekspor menyerap hasil bumi Desa Semedo, membuat keadaan perekonomian penduduknya terutama para petani dan perajin nira telah jauh membaik sejak mereka beralih dari produksi gula merah batangan ke gula semut. Ya, gula semut dihargai Rp14.000,00 per kilonya. Bandingkan dengan harga gula merah batangan sebesar Rp5.000 per kilonya. Tentu saja produksi gula semut lebih menguntungkan.

Kenapa gula semut bisa dihargai begitu besar dan dicari oleh pasar ekspor? Tidak lain dan tidak bukan karena gula semut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gula merah batangan yaitu:

  • Lebih tahan lama. Dapat disimpan selama 2 tahun tanpa ada perubahan selama disimpan kering dan tertutup rapat.
  • Mudah dilarutkan
  • Bentuk serbuk kering yang menarik dan tidak lembek.
  • Memiliki aroma yang khas, bahkan dapat dikreasikan hingga memiliki beragam rasa seperti jahe, cengkih, kayu manis, dan rempah-rempah lainnya yang menambah cita rasa.
  • Memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik dari gula pasir yang berasal dari tebu.

Perbandingan nutrisi antara gula aren dan gula pasir.
Sumber gambar: semedomanise.com.

Dengan kandungan nutrisi tersebut, selain sebagai sumber pemanis alami, gula semut yang berasal dari aren juga digadang memiliki beragam khasiat seperti mampu membantu kesehatan tulang, menangkal efek radikal bebas, dan menurunkan tekanan darah. Belum lagi beragam varian rasa gula semut yang dikreasikan Akhmad Sobirin, ternyata cocok dengan selera konsumen pasar ekspor.

Dalam rangka mengikuti perkembangan zaman yang serba digital, dibuatlah situs semedomanise.com yang mempermudah konsumen melihat-lihat ‘etalase’ gula semut produk desa yang dulunya terpencil dan tertinggal ini.

Kini selain menjadi Ketua Kelompok Tani Manggar Jaya, Akhmad Sobirin juga menjadi pimpinan CV. Karya Muda Jaya dengan fokus memberdayakan para petani penderes. Hasil produk kedua badan usaha ini selain ke pasar ekspor juga merambah pasar lokal, toko online dan toko oleh-oleh. 

Sebagian produk-produk gula semut Semedo Manise.
Sumber gambar: semedomanise.com

Lewat semedomanise. com, calon konsumen dari belahan dunia mana pun bisa melihat beragam produk gula semut Semedo yang manis, semanis kondisi para petani dan perajinnya hari ini dan esok, semoga.

Nah, jadi kok bisa Akhmad Sobirin menduniakan gula semut dari Desa Semedo? Ya, tentu bisa. Kusimpulkan, ada beberapa sikap hidup Akhmad Sobirin yang membantunya meraih kesuksesan, yaitu:

  • Memiliki kepekaan hati untuk melihat hal-hal yang membutuhkan bantuan kita.
  • Memiliki keinginan kuat untuk mengubah nasib masyarakat sekitar menjadi lebih baik.
  • Pandai menangkap peluang dan menindaklanjutinya.
  • Berani menghadapi rintangan dan tantangan yang menghalangi.
  • Memiliki keyakinan dan optimisme yang kuat akan tujuan yang ingin dicapai.
  • Mau mengikuti perkembangan zaman yang serba digital untuk memudahkan calon konsumen.

Semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat diri dan pembaca lainnya untuk meneladani sikap-sikap positif Akhmad Sobirin, sehingga kita-kita pun bisa menjadi agen perubahan bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar kita, aamiin ya rabbal alamiin.

***

#Akhmad Sobirin #DesaSemedo #GulaSemut #SemedoManise #SATUIndonesiaAwards2016 #KitaSATUIndonesia #Astra #AnugerahPewartaAstra2023 #SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia

 

Daftar Pustaka:

Akhmad Sobirin. Pemberdaya Gula Semut. Diakses 24 Oktober 2023 dari https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pemberdaya-gula-semut/

KBR. 2017. Akhmad Sobirin: ‘Manisnya Gula Semut dari Semedo’. Diakses pada 24 Oktober 2023 dari https://kbr.id/saga/08-2017/_saga___akhmad_sobirin___manisnya_gula_semut_dari_semedo_/91744.html

Situs semedomanise diakses pada 24 Oktober 2023 dari https://semedomanise.com/

Christy Pane, Merry Dame. 2023. Gula Aren Lebih Sehat daripada Gula Pasir, Mitos atau Fakta? Diakses pada 24 Oktober 2023 dari https://www.alodokter.com/gula-aren-lebih-sehat-daripada-gula-pasir-mitos-atau-fakta

Dan sumber lainnya.

No comments:

Post a Comment