Wednesday, September 20, 2023

Visista Pratama Ashadi: Siambu dan Sikatup, Solusi Pakan Ternak Irit Tanpa Ngarit

Visista Pratama Ashadi: Siambu dan Sikatup, Solusi Pakan Ternak Irit Tanpa Ngarit

Berjalan di jalanan tanah pedesaan pada pagi hari yang sejuk dan berkabut, dengan latar gunung yang membiru, sawah yang luas membentang dengan bulir-bulir padi kuningnya yang gemuk merunduk, mendengar gemericik sungai kecil yang mengalir jernih, ditingkahi dering sepeda peternak yang membawa sekarung rumput hijau di boncengan, hasil aritan yang akan diantarkan ke kawanan ternak yang pasti sudah tak sabar menunggu ….

Sungguh pemandangan yang indah … di masa lalu. Banyak yang sudah berubah kini: gunung tak lagi rimbun, sawah menyempit, tanah semakin gersang.

Pola musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi ini membuat Indonesia berada di area di mana fenomena alam monsoon--perubahan iklim yang ekstrem akibat perubahan tekanan udara dari daratan--terjadi. Saat monsoon musim panas, perubahan tekanan udara itu menimbulkan jet stream effect yaitu hempasan udara panas dari lautan ke daratan. Akibat hawa panas ini, daerah yang awalnya memiliki banyak kandungan air menjadi kering. Ini jadi lebih parah saat musim kemarau tiba.

Namun, yang kini dialami adalah musim-musim yang tidak menentu. Kemarau datang lebih awal dan betah berdiam lebih lama. Perubahan ini paling banyak dipengaruhi oleh ulah manusia itu sendiri, seperti bertambah minimnya daerah resapan, penggunaan air bersih yang kurang bertanggung jawab, kerusakan fungsi hulu sungai, dan terutama sekali adalah global warming.

Maka mencari rumput segar untuk pakan ternak, merupakan tantangan bagi peternak terutama di daerah-daerah yang mengalami kekeringan. Inilah salah satu yang memotivasi Visista Pratama Ashadi dalam menemukan inovasi pakan ternak alternatif.

Karena kekeringan, peternak membeli rumput segar untuk pakan ternak.
Sumber gambar: radarcirebon.disway.id

Visista Pratama Ashadi adalah penerima Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award Provinsi di tahun 2021. Penghargaan bergengsi dari PT Astra International Tbk. ini diberikan kepada individu maupun kelompok generasi muda yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

 

Visista Pratama Ashadi (kiri) saat podcast dengan Badan Litbang Provinsi SumSel.
Sumber gambar: Youtube One Day One Innovation

Visista yang akrab dipangil Avis lahir di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, 8 Maret 1993. Pria ini lulus dari Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.

Avis menerima apresiasi SATU Indonesia Award 2021 dengan inovasinya yang bertajuk Siambu dan Sikatup, Solusi Pakan Ternak Tanpa Ngarit.

Inovasi ini pertama kali tercetus saat dia mengikuti proyek yang digagas oleh Gudang Garam pada tahun 2017 di Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, untuk membina Kelompok Tani di sana. Gempol saat itu mengalami musim kemarau yang sangat panjang, sekitar tujuh bulan.

 

Kekeringan.
Sumber gambar: www.ngopibareng.id.

Kekeringan ini tentu menyulitkan peternak untuk mendapatkan rumput segar untuk ternaknya. Ada tantangan untuk menemukan pakan ternak alternatif dan Avis menjawabnya dengan ide kreatif dan inovatif. Avis bersama kelompok peternak mengolah bahan utama katul tumpi pollard yang lalu difermentasi bersama dengan ampas tebu sebagai sumber serat.

Teknologi yang digunakan oleh Avis adalah teknologi silase

Silase adalah pakan hijauan ternak yang diawetkan dan disimpan dalam kantong plastik kedap udara, silo atau drum dan sudah menjalani proses fermentasi dalam keadaan anaerob atau tanpa udara. Proses silase melibatkan bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu yaitu asam laktat dan bakteri yang hidup tanpa udara dengan derajat keasaman 4 (pH 4). Proses ini harus dilakukan dalam wadah yang ditutup rapat agar berjalan baik dan pakan hijauan tidak dibusukkan oleh bakteri lain dan jamur.

Silase menurut PT Pupuk Indonesia.
Sumber gambar: FB PT Pupuk Indonesia.

Tujuan penggunaan teknologi silase

·        Tujuan teknologi silase adalah:

  • Sebagai cadangan persediaan pakan ternak saat musim kemarau panjang.
  • Menampung pakan hijauan yang berlebih saat musim hujan, untuk digunakan sewaktu-waktu saat musim kemarau.
  • Memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi nutrisi terbaik.
  • Memanfaatkan sumber pakan dari limbah pertanian dan perkebunan seperti katul, dedak, bungkil sawit, ampas tahu, tumpi dan janggel/tongkol jagung.

Ide kreatif didapat Avis dari kegemarannya minum es tebu. Dia bermaksud memanfaatkan sisa ampas tebu yang biasanya dibuang begitu saja. Jika sebelumnya para peternak memberi pakan ternaknya dengan pakan hijauan dari aktivitas mengarit, Avis mencoba menggunakan tebu dan katul tumpi pollard. Karena itulah idenya disebut Siambu dan Sikatup.

SIAMBU = SILASE AMPAS TEBU
SIKATUP = SILASE KATUL TUMPI POLAR

Ampas tebu adalah limbah tebu setelah diambil sati pati gulanya. 

Katul adalah lapisan dalam butiran padi yang dihasilkan dari proses penyosohan (penghilangan kulit) kedua, setelah dedak. 

Tumpi adalah limbah dari perontokan jagung pipilan. 

Polar atau pollard adalah bahan pakan yang berasal dari proses pengayakan saat proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu.

Tentu saja ada beberapa tantangan yang dihadapi Visista dalam menginisiasi program inovatif ini. Sejumlah peternak merasa bahwa teknologi silase ini mahal. Padahal teknologi ini memiliki beberapa keunggulan yaitu:

  •       Bahan pakan bisa awet hingga lebih dari satu tahun.
  •           Praktis pembuatannya.
  •           Memiliki nilai ekonomis tinggi.
  •           Ampas tebu dapat diperoleh secara gratis dari limbah tebu atau sumber lain.

Setelah setahun Pasuruan, Avis pulang ke Lahat. Kabupaten Lahat adalah salah satu daerah penyumbang dan penghasil kopi terbaik di Sumatera Selatan dan belum memanfaatkan limbah kopi secara maksimal. 

Petani kopi di Lahat.
Sumber gambar: detiksumsel.com.

Pada tahun 2019 Avis mulai meramu pakan alternatifnya dengan memanfaatkan bahan-bahan limbah lokal, menjadi bahan pupuk dan campuran pakan yang bisa dimakan oleh ternak baik unggas maupun ruminansia seperti sapi dan kambing.

Limbah kopi berasal dari sisa penggilingan kopi yang sudah dipisahkan dari bijinya. Limbah kopi dicampur dengan bahan pakan dan juga limbah lokal seperti dedak padi, jagung, ampas tahu, lalu difermentasi anaerob untuk menuntaskan proses pembuatan pakan ternak ini.

 

Sumber gambar: IG @pustaka.kementan

Sumber gambar: IG @pustaka.kementan.

Keunggulan proses fermentasi yaitu:

  • Meningkatan nilai nutrisi pakan.
  • Pakan hasil fermentasi terbukti lebih disukai oleh ternak.
  • Pakan jadi mudah dicerna oleh ternak.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh ternak sehingga jarang sakit dan terhindar dari masalah pencernaan.
  • Fermentasi anaerob menurunkan kadar amonia dalam buangan ternak sehingga aroma mengganggu dari peternakan bisa ditekan pula.

Kelebihan Penggunaan Pakan Ternak Alternatif

Tidak melelahkan

Inovasi Avis mengubah paradigma bahwa beternak itu melelahkan karena harus mengarit, seperti yang selama ini dilakukan oleh banyak peternak di Pasuruan maupun di  Kecamatan Merapi Timur dan Kota Agung, Kabupaten Lahat. Avis ingin mengubah pandangan ini terutama untuk rekan-rekan peternak dan generasi muda yang mungkin kurang tertarik untuk beternak karena capek mengarit. Inovasi ini mempermudah kerja peternakan, sekaligus meningkatkan nutrisi pakan.

Mengarit diakui oleh Avis sebagai aktivitas yang melelahkan dan menghabiskan waktu. Mengarit harus dilakukan setiap hari karena ternak makan setiap hari. Namun, dengan menjalankan inovasi ini, pakan dapat dibuat dalam jumlah banyak sekaligus. Work smart untuk efektivitas dan efisiensi waktu.

Mengarit juga jika dilakukan setiap hari berisiko menurunkan kesehatan, apalagi jika dikerjakan saat hujan deras. Postur juga bisa terganggu karena tubuh harus terus menerus membungkuk saat mengarit.

Harga pakan ternak alternatif lebih ekonomis dibanding pakan ternak pabrikan

Kalau bisa bikin sendiri kenapa beli. Itulah yang dipikirkan oleh Avis, mengingat harga pakan ternak yang kian hari kian meningkat. Menurut Avis--seperti dikutip dari sumsel.tribunnews.com—pakan ternak alternatif ini bisa dibuat oleh siapa saja dengan memanfaatkan limbah organik apa saja yang ada di sekitar. Bahan-bahannya bahkan bisa saja didapat secara gratis. Hasilnya lebih murah dibanding membeli pakan ternak pabrikan, dengan perbandingan bahwa harga pakan pabrikan adalah sekitar Rp400.000,00 untuk 1 sak 50 kg, sementara biaya pembuatan pakan ternak alternatif adalah sekitar Rp200.000,00 untuk ukuran yang sama.

 

Visista Pratama Ashadi saat Pelatihan Budidaya Domba di Kabupaten Lahat.
Sumber gambar: Youtube One Day One Innovation.

Para peternak bersama pakan alternatif.
Sumber gambar: Youtube One Day One Innovation.

Selain sudah diaplikasikan pada ternak unggas, kambing dan sapinya di peternakan sendiri yang diberi nama Sahabat SPAM, Avis tidak menampik untuk mengkomersilkan pakan ternak hasil inovasinya, jika ada pihak-pihak yang mau bekerja sama dengannya. Avis saat ini berusaha meramu harga yang ramah bagi peternak, dengan bahan-bahan yang ada di sekitar yang tidak dimanfaatkan lagi.

Tantangan yang dihadapi pemuda ini ke depannya adalah penelitian kadar nutrisi pakan ternak hasil inovasi yang benar-benar sesuai bagi kebutuhan ternak--untuk mendapatkan daging yang banyak, misalnya--serta masalah pengemasan yang baik sehingga pakan tidak rusak atau berjamur dan masih dalam kondisi baik sampai dimakan oleh ternak.

Inovasi Avis sejalan dengan visi Kabupaten Lahat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yaitu SumSel Mandiri Pangan. Saat ini memang baru Kabupaten Lahat yang menikmati inovasi ini, tetapi Avis berharap, ke depannya produksi bisa semakin besar dan pakan alternatif ini bisa dimanfaatkan pula oleh lingkungan yang lebih luas.

Avis berharap, terkait dengan visi SumSel Mandiri Pangan, inovasi pakan ternaknya ini bisa jadi pakan ternak alternatif yang efisien, terjangkau, ramah lingkungan, memberikan manfaat yang lebih besar dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan, khususnya peternak.

Inovasi sejatinya adalah untuk mempermudah hidup, menanggulangi halangan dan rintangan serta memberi solusi. Visista Pratama Ashadi sudah melakukan itu. Dia seakan ingin berkata: peternak jangan lagi takut kemarau, Siambu dan Sikatup ada untukmu. 

***

#SatuIndonesiaAward2021 #VisistaPratamaAshadi #AnugerahPewartaAstra2023 #Siambu #Sikatup #Silase #peternak #pakanternakalternatif

Daftar pustaka:

https://bpbd.bogorkab.go.id/6-penyebab-terjadinya-kekeringan-dan-dampaknya-bagi-kehidupan-2/ diakses pada 18 September 2023.

https://www.indonesiana.id/read/166414/inovasi-pakan-ternak-dengan-siambu-dan-sikatup-solusi-beternak-tanpa-ngarit diakses 19 September 2023.

https://www.youtube.com/watch?v=7gLsxtmLhWY diakses 19 September 2023.

https://radarcirebon.disway.id/read/56095/kekeringan-peternak-kambing-terpaksa-beli-rumput-segar diakses 19 September 2023

https://palpres.disway.id/read/646643/sentra-produksi-kopi-di-kabupaten-lahat-ternyata-dari-kecamatan-ini diakses 19 September 2023

https://sumsel.tribunnews.com/2021/10/05/cerita-visista-pemuda-lahat-meracik-pakan-fermentasi-untuk-ayam-dan-kambing diakses 19 September 2023

https://www.ngopibareng.id/read/antisipasi-kekeringan-pemkab-pasuruan-siap-dropping-air-bersih-1213806 diakses 19 September 2023

https://www.detiksumsel.com/daerah/9748665087/intip-daftar-areal-hasil-dan-jumlah-petani-kopi-di-lahat diakses 19 September 2023.

Dan berbagai sumber lainnya. 

No comments:

Post a Comment