Sunday, September 24, 2023

Ratna Indah Kurniawati: Melawan Dusta Kusta dengan Empati dan Dedikasi


Wanita itu bernama Ratna Indah Kurniawati. Tahun ini genap berusia 43 tahun. Perawakannya biasa saja, dengan tubuh ramping dan tinggi badan rata-rata. Saat berbicara, tutur bahasanya lembut. Tangannya kadang bergerak saat hendak memberi penekanan pada hal-hal yang penting. Siapa sangka, di balik yang biasa itu tersimpan sesuatu yang istimewa? 

Keistimewaan Ratna terletak pada profesi kesehariannya. Dia adalah perawat di Puskesmas Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sejak tahun 2009, Ratna mengelola program kusta. Tugasnya mencakup mendata ulang penderita kusta di wilayah kerjanya yang mencakup sembilan desa. Dia menghubungi satu per satu penderita untuk mengetahui status terbaru penyakit mereka. 

Kusta? Memangnya penyakit kulit itu masih ada di zaman sekarang ini? Bukankah penyakit mengerikan itu hanya ada di masa lalu? 

Membaca membuka wawasan. Pertanyaan-pertanyaan yang sempat berkecamuk di benak saat mengumpulkan bahan tulisan ini, membuat penulis mencari tahu, membaca, dan terbuka pikirannya. 

Nyatanya, penyakit kusta masih ada di Indonesia. Mengutip dari situs alodokter.com, angka kejadian kusta di Indonesia termasuk yang tertinggi. Berdasarkan data WHO tahun 2020, jumlah kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia, yaitu sebanyak 8%. Yang menyedihkan, terdapat sebanyak 9,14% dari total kasus baru kusta terjadi pada anak-anak.

Apa Itu Kusta?


Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit ini dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Kusta ditandai dengan lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, lalu diikuti oleh timbulnya lesi di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Kusta dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin.

Lesi kulit pada penderita kusta.
Sumber gambar: alodokter.com.

Algoritma kusta.
Sumber gambar: www.wartabromo.com

Beberapa gejala penyakit kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah:

  • Kulit jadi mati rasa, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, dan/atau nyeri.
  • Kulit tidak berkeringat.
  • Kulit terasa kaku dan kering.
  • Luka tidak terasa nyeri di telapak kaki.
  • Bengkak atau benjolan di wajah dan telinga.
  • Bercak yang tampak pucat dan berwarna lebih terang dari kulit di sekitarnya.
  • Saraf membesar, biasanya di siku dan lutut.
  • Otot melemah, terutama pada otot kaki dan tangan.
  • Alis dan buku mata hilang permanen.
  • Mata menjadi kering dan jarang mengedip.
  • Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:

  • Mati rasa
  • Glaukoma
  • Kebutaan
  • Gagal ginjal
  • Kerusakan bentuk wajah
  • Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung
  • Kemandulan pada pria
  • Lemah otot
  • Kerusakan saraf permanen di luat otak dan saraf tulang belakang, termasuk pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki.
  • Cacat permanen, seperti alis hilang, cacat pada jari kaki, tangan, dan hidung
Cacat akibat kusta.
Sumber gambar: hellosehat.com

Keistimewaan Ratna Indah Kurniawati

Sebagai warga asli Pasuruan, sejak lahir Ratna sudah bersinggungan dengan penderita kusta. Kusta merupakan penyakit endemis di sana, artinya kusta terus menerus menginfeksi populasi warga dan wilayah Pasuruan. Tercatat setiap tahunnya hingga 2020 saja selalu ada penderita baru sekitar 20-30 orang.

Seperti telah dijelaskan di atas, kusta adalah penyakit yang menular. Namun, Ratna memahami penyakit ini lebih jauh lagi.

Seseorang hanya dapat tertular kusta jika terkena percikan droplet dari penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, bakteri penyebab kusta tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.

Untuk bisa menular, bakteri kusta butuh waktu kontak yang lama. Kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau berhubungan seksual dengan penderita. Kusta bahkan tidak menular dari ibu ke janinnya. Daya tahan tubuh tinggi juga akan menurunkan risiko penularan. Yang terpenting adalah, jika penderita kusta sudah diobati maka bakteri penyebab kusta akan mati dan tidak akan menular lagi.

Ratna memberikan obat kepada pasien kusta di Puskesmas Grati.
Sumber gambar: www.wartabromo.com.

Dengan pemahaman yang benar akan penyakit kusta, sejak tahun 2009 Ratna sudah mengobati dan memberdayakan sekitar 400 penyintas kusta di 9 desa di Kecamatan Grati, Pasuruan melalui berbagai pelatihan. Karena pengabdiannya Ratna mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards di tahun 2011. 

Penghargaan bergengsi dari PT Astra International Tbk. ini diberikan kepada individu maupun kelompok generasi muda yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat di sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Dari mana Ratna mendapat keberanian untuk merangkul para penderita?


Ratna mengaku bahwa awalnya dia juga takut tertular. Namun, dia juga melihat sendiri betapa di sekitar tempat tinggalnya, tempatnya lahir dan dibesarkan, ada banyak sekali penderita kusta yang dikucilkan dan didiskriminasikan. Mereka kebanyakan berasal dari masyakat miskin atau menengah ke bawah yang tinggal di kawasan kumuh. Faktor gizi dan lingkungan ini secara langsung mempengaruhi keparahan penyakit kusta, karena gizi rendah dan higiene yang buruk tentu menurunkan daya tahan tubuh untuk melawan bakteri penyebab kusta.

Dulu sebelum Ratna terjun ke masyarakat, ada sekitar 20 penderita. Saat pencarian penderita baru, ditemukan semakin banyak. Sejak 2010 hingga tahun 2020an, jumlah penderita kusta ada sekitar 400an. Empati dan dedikasi atas profesinya membuat Ratna tergerak agar para penderita kusta ini mandiri, berdaya, dan diterima oleh masyarakat. Ratna memiliki kepedulian yang tinggi untuk mengangkat derajat dan status sosial ekonomi para penderita kusta. Dia berharap bahwa para penderita kusta bisa mandiri, berkarya. Sakit kusta bukan penghalang untuk mampu berdikari secara ekonomi.

Bahkan niat baik pun kadang menemui hambatan


Aksi Ratna memberdayakan mantan penderita kusta ada kalanya mendapat penolakan, baik dari penderita kustanya, dari masyarakat bahkan dari keluarganya juga. 

Penolakan dari penderita kusta 


Saat melakukan pencarian penderita kusta, Ratna pernah menemukan seorang penderita yang lalu dirujuk ke puskesmas. Orang tersebut tidak datang, sehingga Ratna yang mendatangi rumahnya. Setelah diperiksa, Ratna menyatakan bahwa dia positif kusta. Namun orang itu menolak, dengan berkata bahwa dia bukan berasal dari keluarga penderita kusta dan adalah orang baik-baik. Memang seringkali orang kurang pemahaman tentang penyakit kusta ini. Beruntungnya setelah diberikan penyuluhan orang Ratna, orang tersebut akhirnya bersedia berobat.

Ada pula mantan penderita yang tidak mau diberdayakan karena merasa malu akan kondisi tubuhnya, terutama mereka yang sudah mengalami kecacatan. Penderita yang sudah menjalani pengobatan pun banyak yang masih dikucilkan atau disingkirkan oleh keluarganya.

Dari pendekatan rumah ke rumah yang dilakukan oleh Ratna, hanya satu atau dua yang mau ikut program pemberdayaan. Ratna tidak putus asa. Yang sedikit ini dengan tekun dibimbing melalui beragam pelatihan, hingga akhirnya usaha kerasnya berbuah nyata.

Penolakan dari masyarakat


Penolakan dari masyarakat pun pernah dialami oleh Ratna. Saat kelompoknya hendak melakukan pelatihan di balai desa, aparat desa setempat melarang dengan alasan balai desa itu dekat dengan sekolah dan anak-anak sering main di balai desa itu. Aparat desa khawatir pertemuan kelompok para mantan penderita kusta akan membuat anak-anak tertular kusta. “Penyakit jangan dibawa-bawa ke tengah masyakat, kasihan anak-anak yang main di sana.” Begitu ucapan yang dilontarkan kepada Ratna dan kelompoknya. 

Ratna mengalah. Dia pindah ke balai desa lain, tetapi tetap intens melakukan pendekatan kepada aparat desa, stakeholder, dan tokoh masyarakat desa untuk memberikan pemahaman yang benar tentang penyakit kusta. Ratna sebenarnya gemas. Masih saja ada masyarakat yang memiliki pemahaman yang salah. Sebenarnya, bahkan saat penderita baru kusta datang kepadanya untuk minta diobati, lalu minum satu blister obat, maka saat datang kembali untuk kontrol, dia sudah tidak akan menularkan penyakitnya lagi. Apalagi mantan penderita yang sudah jelas-jelas sembuh. Mereka tidak boleh selamanya menjadi korban. 

Penolakan dari keluarga sendiri 


Tantangan terbesar yang dihadapi Ratna adalah penolakan dari keluarga terdekat khususnya suami sendiri, dengan alasan takut anak-anak tertular. Ini pernah dialami Ratna saat seorang pasien kusta datang berobat ke rumahnya. Kebetulan saat itu sang suami, Miftahul Ulum, ada di rumah. Setelah pasien pulang, Miftahul yang waktu itu belum paham langsung mencuci gelas bekas minum pasien. Dia bahkan mencuci dan menjemur kursi yang diduduki pasien itu. Miftahul marah dan berkata kepada Ratna untuk jangan membawa pasien kusta ke rumah. Dia mengkhawatirkan kesehatan anak-anak. 

Miftahul bahkan memberikan pilihan yang amat sulit: Ratna harus memilih antara pekerjaan atau rumah tangga. Di sinilah kembali diuji kekuatan tekad Ratna. Perlahan-lahan, dia berusaha memberi pengertian dan pemahaman secara mendetail kepada suaminya. Setelah usaha berbulan-bulan akhirnya sang suami luluh dan mau menerima. 

Usaha Ratna membujuk suaminya termasuk dengan mengajaknya melihat sendiri kondisi para penderita kusta di kelompok pemberdayaan. Hati Miftahul pun tersentuh. Sungguh iba jika orang-orang ini bahkan setelah sembuh pun tidak bisa mandiri secara ekonomi. Malah akhirnya Miftahul ikut membantu membelikan barang-barang yang dibutuhkan untuk keperluan pemberdayaan penyintas kusta. 

Dukungan penuh juga diberikan oleh kedua anak Ratna. Mereka ikhlas ibu mereka menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk para penderita kusta. Hari Minggu yang sedianya Ratna sediakan untuk anak-anak pun sering terpakai untuk pendampingan. Namun, anak-anak itu telah paham betapa pentingnya tugas yang diemban oleh Ratna. Mereka mendoakan agar ibunya bisa terus melakukan kegiatan mulia ini. 

Pemberdayaan Para Mantan Penderita Kusta 


Pemberdayaan yang dilakukan oleh Ratna kepada mantan penderita adalah dalam segmen ekonomi sosial. Pemberdayaan dilakukan dalam kelompok, dengan memberi pelatihan menjahit, menyulam jilbab, membuat bros, ternak jangkrik, ternak ayam, dan lain-lain. Diharapkan para mantan penderita menemukan satu bidang yang disukai yang bisa mengangkat perekonomian mereka. 

Contoh mantan penderita kusta yang sukses adalah Amat, warga Desa Rebalas, Kecamatan Grati, Pasuruan. Akibat kusta, dia tidak memiliki jari tangan lagi. Amat yang tadinya bekerja serabutan, jadi menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Namun berkat uluran tangan Ratna, Amat kini sudah memiliki usaha sendiri: beternak jangkrik. Per bulan dia bisa panen 26 kg jangkrik dengan harga jual; Rp20.000,00 sampai Rp30.000,00 per kilonya. 

Tak cuma Amat, ada dua mantan penderita kusta yang juga telah menjadi juragan jangkrik. Dua orang lagi membuka usaha menjahit dan menyulam. Total ada 20 mantan penderita yang sudah dapat bekerja. Contoh-contoh sukses ini menjadi bukti bahwa program pemberdayaan ini sungguh bisa membuat mantan penderita kusta berdaya dan eksis di masyarakat. Lama kelamaan hal ini berhasil menggerakkan orang-orang yang awalnya tidak mau ikut pelatihan untuk mau ikut serta dalam program pemberdayaan yang digagas oleh Ratna. 

Semangat dan Harapan Ratna 


Brosur penyuluhan tentang penyakit kusta.
Sumber gambar: www.wartabromo.com

Kusta bisa dicegah dan diobati. Untuk mencegahnya, kusta harus ditemukan sejak dini agar tidak terjadi cacat. Jika sudah kepalang cacat baru barobat, masyarakat seringkali berpikir bahwa dia masih menderita kusta karena masih cacat. Padahal dari segi medis, dia sudah sembuh. 

Berkat kerja keras Ratna selama ini, stigma maskarakat terhadap penderita kusta kian menurun. Ratna sungguh senang. Dukungan terhadap kegiatannya semakin meningkat. Penderita kusta pun sudah semakin banyak yang bisa berdaya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Meski begitu, Ratna masih terus berusaha mencapai target besarnya yaitu mengeliminasi penyakit kusta dari Pasuruan. “Tidak ada kusta di antara kita” adalah tagline kerjanya. 

Ratna juga memiliki harapan. Harapannya dilimpahkan bagi seluruh penduduk Indonesia, agar tidak ada lagi stigma dan diskriminasi bagi para penderita kusta. 

Keren sekali, Ratna Indah Kurniawati. 

Dengan menyimak perjalanan pengabdiannya, ada banyak sekali pelajaran yang bisa penulis ambil. Pertama adalah, kita tidak boleh menilai sesuatu dari penampilannya saja. Setiap orang memiliki kapasitas untuk berdaya, terlepas dari penampilan luarnya. Terkadang, mereka hanya butuh uluran tangan dan kesempatan untuk bisa bersinar. Empati dan dedikasi Ratna dalam mencari, mengobati, memberi bantuan dan kesempatan untuk bisa berdaya dalam masyarakat, membuatnya menjadi pahlawan bagi para penderita dan mantan penderita kusta di Pasuruan. 

Terakhir, penulis ingin mengajak pembaca semua untuk …. 
Ayo, buka wawasan tentang penyakit kusta. 
Ayo, semakin peduli pada penderita kusta. 

*** 

#RatnaIndahKurniawati #SATUIndonesiaAwards2011 #Kusta #Pasuruan #KitaSATUIndonesia #Astra #AnugerahPewartaAstra2023 #SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia 

Daftar pustaka: 

https://www.wartabromo.com/2020/01/29/ratna-indah-kurniawati-berjuang-melawan-stigma-kusta/ diakses 22 September 2023 
https://id.wikipedia.org/wiki/Ratna_Indah_Kurniawati diakses pada 22 September 2023 https://nasional.tempo.co/read/1116352/ratna-mematahkan-anggapan-kutukan-pada-para-penderita-kusta diakses 22 September 2023 
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/melawan-dusta-kusta/ diakses pada 22 September 2023 
https://www.youtube.com/watch?v=aCsTeKy1qKQ Michael Tjandra Luar Biasa RTV, diakses 22 September 2023 
https://www.youtube.com/watch?v=pBCkJOUzOyE WartabromoTV, diakses 22 September 2023 https://www.alodokter.com/kusta diakses 24 September 2023

No comments:

Post a Comment