Tuesday, August 7, 2018

Tiwu Endog, si Bunga Tebu yang Lezat


Tiwu endog, si Bunga Tebu yang Lezat --  Sabtu lalu saat berkunjung ke rumah mertua di Leuwiliang, kami--aku, suami dan anak-anak--mendapat suguhan sayur lodeh unik.

Saat aku menyendok sayur itu, sebelum aku tahu nama tanaman bahan utamanya, kesan pertama yang kudapat adalah, 'ini sayur lodeh rebung', karena bentuknya yang mirip rebung yang sudah dipotong-potong. Eh, saat kusuap kok rasanya unik ya. Mirip telur ikan yang agak renyes-renyes gimanaa gitu.

Nah, ternyata setelah kukonfirmasi ke Ibu Mertua, bahan utama sayur lodeh itu adalah tiwu endog. Ada yang tahu perihal tiwu endog?



Ini sebagian dari tiwu endog, bagian pangkalnya sudah diambil untuk dijadikan bahan sayur.
Selidik punya selidik (lewat Mas Google tentunya), tiwu endog atau terubuk ternyata adalah bunga tebu. Yes, tebu itu lho. Batang beruas berwarna ungu atau kuning yang bagian dalamnya dapat diperas untuk dijadikan gula pasir. Nah, bagian bunganya itu ternyata bisa dijadikan bahan sayur.

Tiwu endog yang dikonsumsi hanya bagian pangkalnya saja, dan bagian yang paling enak alias yang teksturnya mirip telur ikan itu terletak di bagian tengahnya. Di luarnya, ada pelepah daun yang juga bisa dimakan sih, tetapi rasanya tidak seenak bagian tengahnya. Bagian pelepahnya ini rasanya mirip sekali dengan rebung, menurutku yaaa ....

Tiwu endog yang enak adalah yang masih muda. Menurut Ibu Mertua, tua mudanya tiwu endog dapat dilihat dari warna pelepah luarnya. Yang masih muda warnanya kehijauan, dan yang tua warnanya kecokelatan.

Hati-hati menangani tiwu endog ini ya, bagian pelepah paling luarnya berbulu halus nan tajam, layaknya batang tebu. Kalau kita memiliki alergi, bulu-bulu ini bisa menimbulkan gatal-gatal di tangan. 

Cara mengolah tiwu endog ini bisa dengan berbagai cara, seperti dibuat sayur lodeh seperti yang dilakukan mertuaku atau dikukus lalu dicocol sambal kacang. Bahkan, bisa dibakar saja di atas abu. Duh, penasaran deh pengin cicip tiwu endog bakar ... yumm. 

Sayur lodeh yang dibuat oleh Ibu Mertua, bisa dibilang cukup plain. Bahan-bahannya hanya kemiri, bawang putih, bawang merah, cabai merah, gula dan garam, serta salam dan sereh. Dulu waktu muda, cerita Ibu, sayur lodeh tiwu endog ini dibuat dengan santan kental dan cabai merah yang banyak. Ditambahkan pula soun dan kentang serta kepingan-kepingan petai dan ebi jika ada. Disantap dengan nasi hangat dan sambal, adeuhh ... cerita Ibu bikin ngeces aja!

Menurut Ibu Mertua, tiwu endog ini sekarang sudah jarang dijual di pasar, dibandingkan dengan jaman dulu. Padahal, peminatnya selalu ada. Sampai diceritakan, bahwa kalau ada seorang ibu yang terlihat menenteng tiwu endog, ibu-ibu lain akan menanyakan di mana dia membelinya, lalu dikejar sampai ke penjualnya. Tetapi ya begitu itu, tiwu endog ini sedikit sekali suplainya.
Bagaimana dengan harganya? Seikat tiwu endong yang terdiri dari sepuluh batang, ditawarkan dengan harga 10 ribu, namun bisa ditawar hingga 7 ribu. Murah, kan?

Tiwu endog yang kunikmati ini, diameternya mungkin sekitar 1 jari telunjuk orang dewasa. Menurut Ibu Mertua, yang lebih enak itu yang lebih besar, lebih mahal juga sih harganya. Diameter per batangnya bisa mencapai tiga jari orang dewasa, dan harganya bisa mencapai dua kali lipatnya.

Sayur lodeh tiwu endog.


Sayur lodeh tiwu endog
Tekstur tiwu endong ini sih, yang bikin lezat. Tahu kan telur ikan? Nah seperti itulah teksturnya. Kalau yang ngga suka telur ikan, coba bayangkan saja telur kocok dan tahu hancur disatukan, lalu dikukus, nah hampir seperti itu juga deh teksturnya.

Melihat aku yang penasaran dan tanya-tanya detail tentang tiwu endog ini, Ibu Mertua berkata bahwa lain kali kami datang berkunjung lagi, akan dicarikan lagi tiwu endog untuk kubawa pulang. Asyiiik :)

4 comments:

  1. Gurih-gurih maknyus. Kalo di daerah saya di Bengkulu namanya tebu telur, enak memang disayur.

    ReplyDelete
  2. Di mana ya orang jual tiwu endog ini? Saya kok jadi penasaran kepingin nyoba. Baru kali ini lho saya dengar nama tiwu endog, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kata Ibu Mertua sih, di pasar tradisional masih jual, Mbak.

      Delete