Wednesday, November 22, 2017

Membaca Ulang 'Peter Pan'

Membaca ulang 'Peter Pan' - Aku adalah penggemar berat dongeng klasik sepanjang masa, khususnya cerita anak-anak. Peter Pan salah satunya.

Saat aku mendapat tugas memilih empat buku favorit untuk dituliskan kembali kesanku tentang buku-buku tersebut, aku memilih salah satunya adalah Peter Pan.

Membaca ulang untuk menuliskan kembali kesan tentang suatu buku, memang berbeda ya dengan sekadar membaca saja. Yang pertama membuat aku membaca dengan lebih perlahan, lebih menghayati cerita yang kubaca dan lebih memusatkan fokus dan panca indera untuk mendapatkan kesan yang lebih mendalam. Padahal bisa dibilang, aku sudah hapal luar kepala cerita Peter Pan.


Tugas untuk menuliskan kesan dari buku ini kudapat dari kelas menulis online. Tulisan tentang kesan ini harus ditulis dalam waktu tiga menit saja, secara spontan tanpa harus memikirkan typo. Ini cukup sulit karena aku sangat sangat terbiasa untuk cek dan ricek salah ketik dan gataaalll rasanya kalau ada salah ketik lalu kubiarkan saja. Tapi untuk kelas menulis ini, aku harus lebih memusatkan perhatian pada apa yang ingin kusampaikan sebanyak-banyaknya, karena ternyata ada cukup banyak yang ingin kusampaikan. Saking banyaknya dan ternyata tidak cukup kutuangkan dalam waktu tiga menit, jadi aku menuliskannya lebih lanjut dalam blog ini ^^


Cerita Peter Pan dikarang oleh J.M. Barrie, berkisah tentang seorang anak yang tidak pernah tumbuh dewasa, yang berpetualang di Negeri Antah Berantah Neverland bersama peri kecilnya Tinker Bell, Wendy dan dua adiknya John dan Michael. Di Neverland mereka bertarung dengan Kapten Hook dan para bajak lautnya.

Cerita diawali dengan Peter Pan yang terbang ke rumah keluarga Darling dan disambut oleh salakan anjing keluarga yang membuatnya terbang pergi ketakutan dengan terburu-buru hingga bayangannya tertinggal. Saat kembali untuk mengambil bayangannya, Peter yang berisik membuat Wendy, John dan Michael terbangun.

Hal pertama yang membuatku 'berpikir' adalah saat dikisahkan bahwa Peter Pan mengajak Wendy, John dan Michael untuk ikut ke Neverland dan kedua orangtua mereka melihat mereka terbang pergi.
Memang diceritakan lebih lanjut bahwa pada akhirnya Wendy dan kedua adiknya merindukan kedua orangtuanya dan orangtuanya selalu membuka jendela ruang tidur mereka, berharap mereka kembali. Hanya saja, aku memikirkan tentang perasaan orangtua mereka, betapa kaget dan hancur pastinya melihat anak-anak mereka dibawa pergi oleh seorang anak tak dikenal? Apa yang dilakukan Pak dan Bu Darling kemudian? Apakah mereka melapor ke polisi, apakah polisi akan mempercayai laporan mereka?


Hal kedua dalam cerita Peter Pan yang membuatku terkesima adalah rasa iri Tinker Bell. Diceritakan bahwa sejak awal pertemuan mereka dengan anak-anak Darling, peri kecil ini sudah tidak suka kepada Wendy. Saat tiba di Neverland, secara tidak sengaja Wendy dan Tinker Bell terpisah dari Peter, John dan Michael. Tinker Bell memanfaatkan kesempatan ini untuk mencelakakan Wendy dengan berkata kepada anak-anak hilang bahwa 'ada burung putih besar' dan 'Peter ingin kalian memanahnya'. Wendy-lah burung putih besar itu, karena dia datang ke Neverland mengenakan gaun tidurnya yang berwarna putih. Beruntungnya, Wendy tidak terluka meski sempat terkena panah. Oh my, hatiku berkata, betapa teganya Tinker Bell... betapa kejamnya...


Tinker Bell pun diusir pergi oleh Peter Pan yang marah. Tapi saat para bajak laut menjebak anak-anak yang hilang dan menculik mereka semua termasuk Wendy, John dan Michael, Tinker Bell-lah yang memberitahu Peter Pan bahkan menyelamatkan Peter dari racun yang disiapkan oleh Kapten Hook. Tinker Bell yang akhirnya meminum racun tersebut, dan Peter yang sedih meminta semua anak di dunia bertepuk tangan untuk menyelamatkan Tinker Bell.

Hal ketiga yang membuatku kurang sreg, adalah saat Wendy, John dan Michael kembali ke rumah mereka dengan membawa enam anak-anak yang hilang untuk tinggal bersama mereka. Pak Darling berkata bahwa enam anak terlalu banyak, tapi Bu Darling ingin merawat mereka semua. Pak Darling berkata bahwa enam anak terlalu banyak... hmmm... ini juga rasanya koq tidak pantas ya dinyatakan. Ini membuat Pak Darling tampak tidak perhatian dan tidak sayang anak. Iyaa sih aku juga 'cuma' punya tiga anak dan apakah aku mau tiba-tba mendapat tambahan enam anak tak dikenal untuk dirawat? Eeuhh... kok malah aku jadi terdengar seperti Pak Darling ya? ><


Membaca lebih dalam kisah-kisah klasik, sebagai orangtua, aku seperti mendapat perspektif baru. Ada interpretasi lain dari hal-hal yang tadinya sama sekali tidak kupikirkan saat membacanya waktu aku masih kecil. Sekarang aku mengerti mengapa bisa jadi ada banyak cerita dengan beragam versi yang berbeda yang sebenarnya bersumber dari satu cerita saja.

No comments:

Post a Comment