Monday, July 31, 2017

Karena ibu menyusui, hanya ingin dimengerti



"Ada pelatihan penerjemahan di Jakarta..." ucapku, membaca lini masa di grup HPI Facebook.
"Bunda mau ikut?" tanya suamiku. Aku menggeleng perlahan.

Kali lain...

"Ada undangan event blogger di Jakarta, fee-nya lumayan lho, Ayah," ujarku setelah membuka gmail.
"Hmmm... Bunda mau datang?" sahut suamiku.
"Di Jakarta, malam, ya ngga bisa lah," aku menyimpulkan sendiri.
...

Ada banyak hal yang memengaruhi keberhasilan seorang ibu dalam memberikan ASI kepada buah hatinya, salah satunya adalah lingkungan yang mendukung. Faktor ini yang membuatku berhenti bekerja saat kehamilanku yang ketiga. Aku ingin bisa menyusui anak ketigaku secara penuh, setidaknya selama dua tahun. 

Ya, aku dulu bekerja kantoran. Ya, aku dulu hanya bisa menyusui dua anak pertamaku selama sembilan bulan saja, stress dan kelelahan karena pekerjaan kantor jadi alasan utamaku. Mungkin dulu aku juga kurang berusaha, mungkin kantor lama juga kurang kooperatif untuk memberi kenyamanan bagi ibu bekerja yang menyusui. 

Tidak bisa dipungkiri, kadang aku merasa menyesal atas ketidakmampuanku menyusui kedua anak pertamaku hingga dua tahun. Padahal ASI-ku melimpah di awal. Cadangan ASI-ku di freezer cukup banyak, tapi ternyata hanya bisa bertahan di beberapa bulan pertama saja. Aku hanya bisa memompa ASI hingga bulan kelima saja. Setelah itu, ASI-ku hanya cukup untuk di rumah saja. ASI-ku semakin surut, hingga akhirnya tidak keluar sama sekali di bulan ke sembilan usia anak-anakku itu.

Bertolak dari pemikiran itu, selepas mengundurkan diri aku bertekad untuk melakukan semua yang kubisa untuk si new kid in the house. Give her the best I can afford for her. Dan aku masih menyusui Defai bayi cilikku, hingga kini di usianya yang memasuki 14 bulan. Tanpa bantuan sufor. Suatu pencapaian? Ya, dan aku bangga akan hal itu.

Faktor lain yang mendukung keberhasilan ibu menyusui adalah kebahagiaan si ibu sendiri. Lho, maksudnya apa? Aku kan sudah di rumah sekarang, sebagaimana yang aku inginkan dari dulu. Aku bebas menyusuinya setiap saat jika dia ingin. Aku bebas dari pekerjaan kantor yang mengikat. Aku bahagia dong!

Ya, kan?

Berada di rumah saja, akan hilang greget-nya setelah beberapa waktu. Aku tahu itu dan telah mengantisipasinya. Aku tak mau hanya 'diam saja' di rumah. Ada banyak cerita tentang post power syndrome, stress pasca berhenti bekerja, merasa kehilangan rasa produktif dan lain-lain. Jadi aku memilih untuk produktif dengan bekerja sebagai penerjemah lepas dan ngeblog. Lalu bagaimana dengan si cutie pie, little princess baby Defai?

Entah mengapa, atau memang ini adalah takdir yang sangat indah, aku merasa bahwa banyaknya pekerjaanku di rumah menyesuaikan dengan kesibukanku mengurus Defai. Saat dia masih sangat kecil dan belum banyak polah, pekerjaan lepas datang lumayan banyak dan selalu mengalir. Saat dia tumbuh semakin besar dan lebih banyak membutuhkan perhatian, pekerjaan juga menyesuaikan. Meski tidak persis seperti dulu saat bekerja kantoran, tetapi aku masih 'menghasilkan'. Cukuplah untuk membuatku merasa 'aku telah melakukan sesuatu', hehehe.

Sudah cukup dong untuk merasa bahagia? Belum? Oh, dasar manusia!

Berada di rumah saja, tetapi masih terhubung dengan dunia luar lewat beragam media sosial, juga membuatku terpapar pada bertebarannya kegiatan-kegiatan penerjemahan yang terkadang tanpa biaya alias gratis, bow! Undangan event blogger yang fee dan goodiebag-nya lumayan juga ada. Aku berkesempatan bertemu teman-teman baru. Dan setelah menolak semua itu aku suka termenung-menung. Andaiiiiii saja bisa kuhadiri, jika sajaaa...

Ternyata aku masih butuh kegiatan luar, bersosialisasi nyata...
Dan suamiku mengerti ini...

Suamiku tidak pernah melarang aku untuk mengikuti kegiatan atau event apa pun di luar rumah. Akulah yang membatasi diri dari acara-acara yang sekiranya tidak dapat kuikuti karena Defai masih amat sangat bergantung pada ASI-ku. Hanya pada kegiatan dengan kriteria-kriteria tertentu, barulah aku akan meminta izin kepada suami untuk menghadirinya: di dalam kota, di akhir pekan, di siang hari, dan boleh membawa anak atau suami bersedia mengasuh Defai dan kedua kakaknya selama aku mengikuti acara. Untuk acara-acara seperti ini, alhamdulillah selama ini suamiku tidak pernah menolak memberi izin.

Acara blogger pertama yang kuhadiri pasca melahirkan adalah acara doodling di Stasiun Bogor di pagi hari di akhir pekan. Faza dan Izzan kutitipkan sebentar ke rumah orangtua, sementara suami mengasuh Defai di peron stasiun selama 3 jam!

Acara doodling di Stasiun Bogor.
Acara father and kids berikutnya adalah saat suami mengasuh anak-anak di Bogor Junction sementara aku mengikuti acara makan-makan dan ngobrol santai HPI di Bogor Permai.

Temu santai dengan anggota HPI di Resto Bogor Permai.
Acara blogger berikutnya, adalah peliputan Taman Kaulinan di Lapangan Sempur Bogor. Aku sibuk foto-foto dan sharing di IG dan Twitter, sementara suami menggendong Defai dan mengawasi Faza dan Izzan.

Peliputan peresmian Taman Kaulinan di Lapangan Sempur Bogor
Yang terakhir, saat Asinan Blogger mengadakan mini halbil di Taman Ekspresi Sempur. Aku bisa santai mengobrol dengan teman-teman Asinan sementara anak-anak bermain dengan suami.

Mini halbil dengan Asinan Blogger di Lapagan Sempur
Usaha yang beratkah bagi suamiku untuk menggendong Defai selama berjam-jam saat aku mengikuti acara-acara itu? Sambil mengawasi dua anak lainnya pula, yang kumincir dan kadang ngga mau diam? Timbangan Defai itu lumayan berat lho. Aku pasti pegal-pegal menggendong Defai selama 2-3 jam. Belum lagi usaha untuk menenangkan Defai jika rewel. Tapi suamiku tak pernah menunjukkan keluhan. I really appreciate that!  

Maka aku harus benar-benar memikirkan cara untuk dapat memberikan ketenangan kepada suami saat dia memegang Defai sendiri. Sebisa mungkin Defai sudah cukup kenyang saat kuserahterimakan kepada suami. Aku juga harus cukup dekat dan online untuk dapat dipanggil setiap saat untuk keadaan darurat. Perlengkapan dasarnya harus lengkap: baju ganti, tisu basah, diaper untuk ganti, dan susu.

Jadi di sinilah saatnya aku membutuhkan botol susu. 

Walaupun Defai sudah kukondisikan sebisa mungkin supaya telah kenyang saat kuberikan kepada suami, yah... namanya juga bayi, kebutuhannya akan susu kadang tak terduga. Lagi bete, mau nyusu. Lagi ngantuk, jelas mau nyusu. Bangun tidur dan rewel, ya harus nyusu. Untung ada botol susu Philips Avent Natural 2.0. Botol susu yang mengerti kebutuhanku.

Botol susu Philips Avent Natural 2.0
Botol batu tipe Natural 2.0 ini adalah botol baru yang dikembangkan dari botol tipe sebelumnya. Keistimewaannya terletak pada desain dot ulir spiral yang dengan bahan silikon lembut. Defai yang sebelumnya hanya tok menyusu padaku, tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan botol susu ini. 

Bahan dot yang lembut dan halus seperti kulit dan menyerupai bentuk payudara, membuat Defai cepat merasa nyaman menggunakannya. Botol Natural 2.0 juga memiliki sistem anti kolik. Defai akan terhindar dari kembung karena udara akan teralirkan ke dalam botol, bukan ke perut bayi. 

Dot ulir pada botol susu tipe Natural 2.0
Dot ini dikemas khusus lho setiap piece-nya dan ada pembersih khusus yang disesuaikan dengan bentuk ulirnya itu.

Kemasan dot silikon Natural 2.0
Sikat khusus untuk dot ulir Natural 2.0

Ujung sikat yang didesain khusus

Botol susu Natural 2.0 mudah digenggam

Defai dan Ayah merasa nyaman bersama
Suamiku merasa tenang karena Defai bisa menyusu ASI dengan nyaman menggunakan Botol Susu Natural 2.0 dari Philips Avent. Aku pun tenang mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah, tahu bahwa Defai masih mengonsumsi ASI saat kutinggal sejenak. Aku senang karena bisa 'keluar rumah' sesekali, menambah wawasan, pengetahuan, pergaulan yang dapat meningkatkan produktivitasku di rumah. Hati yang senang, dapat memberikan stimulasi yang baik untuk dapat terus memproduksi ASI dengan baik.

Aku masih memberi bayiku ASI. Aku juga adalah ibu rumah tangga yang produktif. Terima kasih kepada suamiku yang mau mengerti keinginan istrinya. Bersama Philips Avent Natural 2.0, mereka berdua adalah pahlawanku.

18 comments:

  1. Temen ku nih pakai avent buat anaknya, sepertinya cocok ya, dulu juga pernah direkonendasiin pakai avent waktu nyari botol susu buat anak hehe

    ReplyDelete
  2. hoasek ada aku nyempil di situ.
    botol susunya cakep ya. jaman anaku dulu belum ada. eh ada kayaknya, tapi akunya masih di pedalaman :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Botol susunya emang keren. Pegangannya mantap n dotnya lembut.

      Delete
  3. Kalo suami mendukung tu seneng banget ya mbak. Rela handel anak2 agar kita tetap bisa ikut berbagai acara blogger di akhir pekan.

    ReplyDelete
  4. Semangaat truus mba! InsyaAllah ASInya sampai 2tahun yaa! Aku juga lg berjuangan kasih ASI ke anakku. Bener banget kita harus tetep happy yaaa! :)
    Dan semua semua kalo suami mendukung, jadi lega banget hihi

    ReplyDelete
  5. Semangat MengASIhi Mbaaaaak. Tingkat happy pengaruh ke produksi asi yak! Jadi emang wajib happy biar asi nya melimpaaaah

    ReplyDelete
  6. whoaa perjuangan seorang ibu. makasih infonya, botol susunya buat nanti kalo udh kewong hehehe. Mangat kakaaaa:D

    ReplyDelete
  7. Anak pertama saya nggak full ASI, kalau lagi sama ART dikasih sufor. Tapi kalo saya lagi di rumah pasti saya beri ASI terus.. Semangat menyusui ya bunda!

    ReplyDelete
  8. Aku punya Philips avent tapi belum dipake. Nunggu bayinya keluar dulu hehe...

    ReplyDelete
  9. Waah. Kayaknya bisa jadi referensi kado, nih. :D

    ReplyDelete
  10. Waduh senang sekali kumpul-kumpul, aku ketemu mba astrid pas asinan makan udon, kangen deh. Philips memang aawet banget produk2nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya awet dan enak dipakai, jadi seneng punya Avent. Iya kapan yaaa kita ketemuan lagi, mbak Erna...

      Delete
  11. nah ini kebetulan banget lagi cari rekomendasi botol buat debayku, kayanya philips bagus, di carrefour ada gak yah kiraa"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayanya ada deh Mbak... mudah2an ketemu yaa. Beneran enak deh pake Avent.

      Delete
  12. Semangat kasih ASI akan pengaruhi debay ya mba, jadi semangat pula

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Mbak, anakku juga jadi semangat ngASI hehe

      Delete