Monday, October 5, 2015

Piknik Terindah

Apa sih piknik itu? Makan siang di atas selembar kain di padang rumput dengan keranjang makanan berisi sandwich dan limun, setelah bersepeda di pinggir pedesaan bersama teman-teman?

Atau pergi ke Puncak bersama keluarga saat long weekend, dengan menghabiskan beberapa jam menunggu akses buka-tutup ke arah Puncak?

Atau 'sekadar' makan malam romantis berdua dengan pasangan, dengan nyala lilin di teras rumah, menatap bintang dan bulan yang bersinar terang?

Nah, aku pilih jenis piknik yang terakhir sebagai jenis piknik favoritku. Siapa teman terbaik untuk berbagi saat-saat terbaik? Tentunya dengan pasangan tercinta. Tapi apakah makan malam bisa dikategorikan piknik? Kan malam? Ehmm, menurutku sih bisa saja. Piknik tidak perlu melulu di saat matahari bersinar cerah, beralaskan tikar di taman, dengan keranjang piknik berisi roti lapis. Piknik adalah refreshing dari hal yang biasa kita lakukan, sesuatu yang dilakukan dengan cara yang berbeda dari biasanya untuk mendapatkan tenaga-semangat-motivasi baru, atau memperbaharui relasi. Meditasi pun, bisa dianggap sebagai piknik bagi pikiran yang ruwet, dengan doa sebagai makanan jiwanya.

Bersama suami tercinta, aku punya kenangan piknik terindah. Dulu, kira-kira sembilan tahun yang lalu, di tahun 2006, di depan calon rumah kami.

Monday, September 28, 2015

Desau angin yang mengerikan di The Happening

Sebenarnya aku bukan penggemar film, baik layar kaca maupun layar perak. Aku tidak pernah sengaja pergi ke bioskop saat ada film baru, apalagi datang ke premiere. Aku jarang beli DVD atau mengunduh film. Genre-ku tidak jelas, kadang suka film romantis seperti Sleepless in Seattle, atau film komedi seperti Shaolin Soccer, atau film anak-anak seperti Narnia, juga film remaja seperti Flipped.

Oh ya, satu genre yang belum kusebutkan di atas adalah horor atau thriller. Kadang penasaran ingin nonton, tapi adegan-adegan seramnya suka terbawa mimpi dan aku jadi takut pergi ke kamar mandi atau ke dapur sendiri. Di jaman kuliah, ada satu film horor nasional yang booming banget: Jelangkung. Saking hebohnya pembicaraan tentang film itu, aku yang penakut ini ingin nonton juga. Jadi berangkatlah kami sekosan -sekitar 6 orang- pergi nonton ke Bandung. Di Jatinangor tahun 2001-an belum ada bioskop. Dan alhasil, sepulang nonton kami semua tidur sekamar! Tidak ada yang berani tidur di kamarnya sendiri, hahaha...

Selain bikin takut, film horor juga sering bikin kesal. Gimana ngga kesal, coba... Sudah tau ya itu tuh rumah berhantu, kenapa juga masih dimasuki?! Kenapa kalau ada bayangan sekelebatan masuk ke basement atau loteng yang gelap, masih juga diikuti?! Terus kenapa sih setting-nya harus gelap gulita, kenapa musik latarnya harus jreng-jreng-jreng begitu? Kenapa orang-orang itu ngga sadar kalau musiknya udah mulai 'begitu', itu tuh tanda kalo hantunya mau keluar.. jadi kan mereka bisa siap-siap..

Friday, September 25, 2015

WAN TU CERI !!

"Bun, ceri berapa?" Ade Izzan datang dan bertanya tiba-tiba.
"Hah.. maksud Ade?" aku mengernyit. Terjemahanku sejenak teralihkan.
"Ceri berapaaa??" Ade Izzan cepat sekali tidak sabaran.
"Ceri yang di atas kue?" tanya Aa Faza yang sedari tadi duduk memperhatikanku bekerja.
"Bukaannn... Ceriii..." Izzan berseru.
"Ceri apa seri? Kalau seri berarti angkanya sama. Kalau di perlombaan seri berarti hasilnya sama ngga ada yang menang," aku mencoba menjelaskan.
"Ceriiii.. Itu lohh.. Wan.. ceriiii.." Izzan tetap tidak puas dengan penjelasanku.

*TIBA-TIBA SEPERTI ADA LAMPU PIJAR MENYALA DALAM OTAKKU

"Ooohh... Ceriiii... Three Adeeee.. Three itu tigaaaa," aku lega sekali akhirnya bisa memahami Izzan.
"Oh.. tiga," dan Ade Izzan pun berlalu.


Ini Ade Izzan sedang menulis namanya sendiri... sebentaaarrrr lagi.. tinggal huruf N nya aja dan tiba-tiba dia bilang "Capeee Buuunnn..."

Tuesday, September 15, 2015

Cucii tangaan biar bersiiihhh .. la la la..

Di awal semester kelas 2, Komite Kelas-nya Faza belum menyiapkan perlengkapan kelas seperti dispenser, tissue dan sabun cuci tangan. Anak-anakku selalu kubiasakan untuk rajin mencuci tangan, dan Faza membawa sabun cuci tangannya sendiri dari rumah. Sabun cair itu ditaruh di saku samping tas sekolahnya. Ini adalah hari kesekian Faza membawa sabun itu. Di parkiran sekolah, setelah melepas jaket, masker dan kaca mata hitamnya, seakan-akan teringat sesuatu, tiba-tiba Faza memindahkan sabunnya ke kantong tas bagian dalam.

"Kenapa dipindah?" aku khawatir sabun cair itu tumpah dan mengenai buku-bukunya.
"Nanti dimarahin Pak Reza," gumam Faza pelan. Pak Reza adalah wali kelasnya.
"Kenapa dimarahin?"
"Soalnya temen-temen pada minta," Faza menutup resleting tasnya.
"Ya ngga apa-apa atuh kalo pada minta, Aa kasi aja." aku masih aga bingung.
"Tapi kata Pak Reza nanti aja. Misalnya pas abis makan," sahut Faza.
"Lah emang temen-temen Aa minta sabunnya kapan?" aku tambah bingung. "Pas lagi belajar?" aku bertanya sambil tak percaya.
"Iya pas lagi belajar," Faza menyahut, raut mukanya biasa ajahhh(!)

Walah..walah.. Aku tertawa geli. Ya pantas aja Pak Guru-nya marah. Eh Faza juga malah marah melihat aku tertawa, "Iya Bunda beneraaann.."
"Iya, iya.. temen-temen Aa lucu dan aneh ya.. Ya udah masukin aja sabunnya," aku masih geli.

Malam harinya Faza mengeluarkan sabun itu dari tasnya. Ga usah bawa lagi. di kelas udah ada sabun, katanya.


Izzan ganteng tauuuu!!

Ultraboy in action! - Foto koleksi pribadi

Suatu pagi di bulan September 2015

"Bundaaa.." Ade Izzan teriak memanggilku. Aku yang lagi di kamar mandi ikutan teriak, "Iyaa, sebentaarr.."
"Bunda, Hapid yang di pengajian suka ngeledekin Izzan," Izzan laporan saat aku keluar kamar mandi. Izzan dan kakaknya Faza ikut pengajian TPA setiap sore di masjid komplek.
"Hapid yang mana? Ngeledekin gimana?"
"Iiih Buunn.. Hapid yang di pengajian! (seakan-akan aku hapal semua anak yang ikut pengajian TPA) Dianya bilang, 'Izzan jelek..Izzan jelek'... gituu Buunnn," Izzan manyun.
"Ooohh... terusss.." aku senyum-senyum lihat Izzan serius amat.
"Izzan bilangin sama Bunda Pengajian," (maksudnya Ustadzah di TPA yang biasa dipanggil Bunda).
"Terus apa kata Bunda Pengajian?"
"Katanya mungkin Hapid bercanda. Tapi menurut Izzan, Hapid ngga bercanda deh," Izzan masih manyun. 

Aku masih senyum-senyum. Anakku yang mau 6 tahun ini emang kadang aga terlalu sensitif. "Oh, iya kali.. Mungkin Hapid memang bercanda. Tapi lain kali Hapid ngeledekin Ade lagi, Ade bales aja, giniii..'Izzan ngga jelek, Izzan ganteng', gitu yaaa..Ade bilang yang keras yaaa.." aku menyarankan sambil melangkah ke kamar untuk ganti baju.

Keluar dari kamar, aku mendengar Izzan bicara sama tetehnya di dapur.
"Teh, Izzan nanti sore mau mandi lebih bersih ya supaya Hapid ngga ngeledekin Izzan lagi. Soalnya sebenernya Izzan kan ganteng," nadanya serius sekali. 
Si Teteh tersedak nahan tawa.
"Terus Teh, sebenernya kan Izzan juga bales ngeledek Hapid, tapi Hapidnya ngga denger."
"Lho, koq Hapidnya ngga denger?" suara si Teteh bercampur antara geli dan bingung.
"Iya, Izzan kan ngeledeknya bisik-bisik, 'Hapid jelek..Hapid jelek'.. gituu.." bisik Izzan.

Heuuu.. dunia anak-anak... 

Sunday, September 6, 2015

Seledri

Seledri.. atau saledri.. or celery.. a simple herb, noble herb.. with wonderful smell.

Essential to be put on chicken soup for the soul.




Red as a chili pepper, not spicy though..

I like chili peppers, and sometimes they are expensive at the market.. So I cultivate them.

So at first I was unsure whether this was a green chili or will it turn to red. It was already several days past by and the chili remained green.



Then one day.. it happened! It changed its color!



And then at last it was completely red! The most beautiful red I've ever seen in my life..


Tuesday, September 1, 2015

My kid has grown up

Apa yang kau pikirkan, ketika buah hati kecilmu yang dulu tidak pernah lepas darimu, menggelendot manja padamu, tiba-tiba suatu saat berkata, 'Bunda, cukup sampai di sini saja antar aku?'

Apa yang kau rasakan, tatkala dia berjalan tanpa menengok ke belakang? Dia yang dulu selalu mengikuti kemanapun engkau pergi, kini begitu gagah menapakkan kaki. Tapi hati kecil ini sedikit tidak rela...

Apa yang kunantikan? Kuciumi dan kuhirup aromanya sepuasnya saat ini, menunggu masanya dia menolak pelukanku.






Tuesday, June 30, 2015

Cermati dan Sukses dengan Tips Menabungku!

Menabung itu penting sekali, tidak ada keraguan lagi.

Berapa kali ya, kami mengalami kejadian-kejadian mendadak yang tidak mengenakkan, dan terselamatkan oleh tabungan kami? Aku mengingat setidaknya ada dua kejadian besar: saat aku harus dikuret di kehamilan pertamaku, dan satu lagi saat harus menutup biaya renovasi rumah yang ditinggal kabur oleh pekerjanya.

Sebulan setelah kami menikah, aku positif hamil. Sayangnya, kehamilanku tidak bisa dipertahankan. Kuret adalah pilihan satu-satunya dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebagai pengantin baru, ada banyak hal yang perlu kami beli untuk menunjang kehidupan baru kami, namun sungguh beruntung kami sempat menyisihkan sebagian dana dalam bentuk tabungan. Kuret adalah sesuatu yang tidak terduga dan tentunya tidak kami harapkan. Pernikahan kami sebagian besar dibiayai oleh uang kami sendiri dan saat aku harus menjalani kuret, keluarga besar – berpikir bahwa kami sudah habis-habisan untuk biaya pernikahan – tentu saja menawarkan bantuan. Namun Alhamdulillah kami tidak perlu merepotkan mereka; walaupun setelah melunasi biaya kuret, tabungan kami berada di saldo 0 rupiah.
Alhamdulillah, kami dikaruniai anak di akhir tahun kedua pernikahan kami. Dua tahun kemudian, anak kedua kami lahir. Seiring waktu, rumah dengan 2 kamar tidur dirasa tidak mencukupi lagi.  Permohonan top-up untuk renovasi rumah disetujui oleh bank. Setelah mendapatkan pekerja yang dirasa cocok, renovasi pun dilakukan: tanah sisa di samping rumah dibangun. Tapi ah, siapa sangka siapa nyana… para pekerja itu meninggalkan kami saat pembangunan baru selesai 80%, sementara biaya yang disepakati sudah 100% dibayarkan. Meminta pertanggungjawaban mereka sudah tidak mungkin, sedangkan pembangunan rumah harus diselesaikan. Saat itulah kami berpaling pada Tabungan Haji dan deposito. Kami harus rela menunda keberangkatan haji dan menguras deposito yang rencananya adalah untuk biaya masuk Sekolah Dasar anak pertama kami.


sumber gambar www.dream.co.id

Walau demikian, kami masih merasa bersyukur, bisa menyelesaikan pembangunan rumah tanpa harus meminjam dana ke bank lagi atau ke orang lain. Kembali, tabungan banyak tergerus. Selain DPLK, seluruh tabungan kami berada di posisi saldo 0 rupiah. DPLK pun akhirnya terkikis sebanyak 30% untuk menambah biaya masuk SDIT anak pertama kami. Tapi apakah kami kapok menabung? Tentu tidak! Malah kami semakin yakin bahwa menabung itu benar-benar penting, a live saver!

Aku dan suami sama-sama bekerja. Beruntung sekali, aku dan suamiku memiliki pandangan yang sama mengenai hal-hal keuangan. Kami saling terbuka mengenai kondisi keuangan masing-masing. Kami juga sama-sama berprinsip better cash than credit. Jadi jika kami tidak memiliki dana namun menginginkan sesuatu, kami harus mengerem keinginan itu dan menabung dulu. Kredit yang pernah kami miliki hanyalah kredit motor – dengan perhitungan yang sangat matang dari suami sehingga kami mengambil kredit dengan perhitungan bunga yang paling kecil dengan tenor paling pendek – dan cicilan KPR plus top-up rumah, yang masih kami bayarkan hingga kini.

Tentu saja, aku dan suami sudah lama sekali mengenal tabungan, namun untuk bereksperimen dengan beragam jenis tabungan, bisa dibilang aku selangkah lebih maju dibanding suami hehe.. Aku menabung dalam bentuk deposito dan DPLK sejak sebelum menikah. Setelah memiliki anak, akulah yang gencar membujuk suami untuk membuka asuransi pendidikan berbentuk unit-link untuk putra-putra kami. Kami juga membuka tabungan haji dengan perhitungan bahwa kami akan bisa mulai mendaftar kursi haji di usia anak-anak SMP.

Walaupun aku dan suami bukanlah spender, apakah menabung mudah bagi kami? Ternyata tidak selalu lho. Namun beberapa hal yang kami yakini:
  • Pola pikir bahwa menabung itu penting harus tertanam, jika bisa sedari dini. Untuk kami, selain untuk pemenuhan beragam kebutuhan masa depan, tabungan juga penting ada untuk berjaga-jaga  terhadap kejadian-kejadian tak terduga – pengalaman kami di atas sudah membuktikannya.
  • Suami dan istri sebaiknya memiliki pandangan yang sama mengenai hal-hal keuangan, atau jika tidak, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan mencari jalan tengah bagi hal-hal keuangan keluarga, termasuk di dalamnya tentang menabung.
  • Selalu belajar dari berbagai sumber. Ilmu selalu berkembang, begitu juga dengan ilmu perencanaan keuangan. Sekarang, kita dengan mudah mencari ilmu, bisa dari buku-buku keuangan, seminar-seminar dan cara yang mudah dan murah adalah lewat media online. Cermati.com adalah salah satu media pembelajaran perencanaan keuangan yang sangat mudah dimengerti.
www.cermati.com

Berikut adalah beberapa tips agar bisa menabung ala kami:
  • Buatlah catatan cash flow. Kami mencatat dengan terperinci semua pemasukan dan pengeluaran. Bahkan hanya setelah beberapa bulan saja, kami jadi bisa melihat pos-pos pengeluaran dan memetakan prioritas pengeluaran. 
  • Tentukan skala prioritas pengeluaran. Bagi kami, tabungan harus berada di peringkat pertama atau kedua. Ini adalah skala prioritas kami:
  1. Cicilan rumah, SPP sekolah anak, tagihan PAM+telepon, gas, ongkos kerja, gaji ART. 
  2. Tabungan Haji, DPLK-ku, Asuransi Pendidikan Anak, Tabungan dan Asuransi Suami. Semua dibayar dengan sistem autodebet, jadi kami hanya perlu memastikan adanya dana yang mencukupi di rekening sumber. Tabungan-tabungan ini juga dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa setiap saat diambil.
  3. Memisahkan tabungan cash di rekening lain selain rekening payroll.  Ini HANYA berfungsi untuk menutup biaya tak terduga yang tidak bisa tertutupi oleh rekening payroll. Biaya tidak terduga biasanya juga bersifat mendadak, sehingga adanya tabungan lain yang bisa diambil setiap saat juga sangat penting. Cash is King.
  4. Sisa gaji bulanan ada di rekening payroll yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan keperluan sosial seperti  belanja bulanan, arisan, jajan dan rekreasi, undangan dan uang duka.
  • Alokasikan sebagian pendapatan ekstra tahunan (seperti THR dan bonus) untuk keperluan yang sifatnya tahunan juga, seperti pembayaran PBB dan perpanjangan SIM/KTP/STNK. Saat memungkinkan, kami juga mengalokasikannya untuk SPP anak, syukur-syukur untuk setahun sehingga tidak terlalu membebani anggaran gaji bulanan kami. Alokasi pendapatan ekstra tahunan ini kami tempatkan dalam tabungan cash di rekening lain selain rekening payroll
  • Ragamkan jenis tabungan. Ini tidak lepas dari prinsip 'menyimpan telur di beberapa keranjang yang berbeda'. Menurut para pakar keuangan, menyimpan uang (dianalogikan sebagai telur) di beberapa jenis tabungan (dianalogikan sebagai keranjang) berguna untuk menghindari kerugian jika salah satu 'keranjang' terjatuh, sehingga ridak semua 'telur' pecah. Namun, hal ini sebenarnya juga tidak telepas dari karakter kami yang pengambil resiko rendah, merasa nyaman dengan jenis tabungan konvensional beresiko rendah. 

sumber gambar born2invest.com

  • Lupakan tabungan-tabungan itu. Walaupun kita sebenarnya selalu ingat di mana saja kita bisa mendapatkan uang ekstra, disiplinkan diri untuk tidak mengambil tabungan kecuali jika benar-benar perlu.
Jadi kami akan terus menabung dan menabung. Bagaimana dengan Anda?





Sunday, June 14, 2015

Senangnya.. Tabunganku untuk Sepeda 'Baru'ku dan Adikku. Ayo Menabung Lagi!

Celengan Faza dan Izzan sudah penuh. Sudah beberapa bulan mereka menabung. Biasanya mereka meminta koin-koin recehan dari dompetku, atau paling banyak lembaran dua ribu rupiah untuk ditabung, namun sekarang sudah tidak bisa masuk lagi. Sudah beberapa kali Faza meminta untuk membongkar celengannya, namun belum kami ijinkan. 

"Bun, kata Bunda, tabungan kan untuk beli apa yang kita pengen," ujar Faza.
"Untuk beli apa yang kita perlu," ucapku meluruskan.
"Bun, Faza perlu sepeda baru. Pakai uang di celengan Faza aja, udah penuh nih.. udah ngga bisa bunyi lagi," Faza mengayun-ayun celengannya.

Sudah beberapa kali dia mengajukan ide, mau dibelikan apa tabungannya nanti: mainan lego, sepeda baru, mobil remote control, sepatu baru; usulannya berubah-ubah terus. Terus terang kami tidak rela kalau uang tabungannya dibelikan mainan. Sepeda atau sepatu... bolehlah.. 

Sebenarnya sepeda lama Faza masih layak pakai, cuma sedikit kekecilan saja. Sepeda Izzan yang sudah sangaaatt kekecilan untuk ukuran tubuhnya, walaupun masih bisa dipakai juga. Melihat Izzan menaiki sepedanya seperti melihat beruang sirkus naik sepeda.. ups hahaha! Beberapa kali Izzan bilang dia mau sepeda baru, dan tidak apa-apa jika sepeda Faza untuk dia. Faza saja yang beli sepeda baru. Izzan sudah tahu bahwa dia tidak bisa meminta sesuatu dari uang tabungannya karena sudah dibooking untuk mengganti pintu kaca lemari yang pecah dipukulnya. 

Kami tidak ada niatan untuk membelikan Faza sepeda yang benar-benar baru. Selama ini pun kami mendapat sepeda-sepeda lungsuran dari kedua kakakku dan Abah-Enin. Abah, bapakku, terbilang rajin berburu sepeda bekas untuk dibagikan kepada cucu-cucunya. Dihitung-hitung, kami telah mendapat lungsuran: satu stroller, satu sepeda anak roda tiga, satu sepeda anak roda empat (yang kemudian dilepas roda bantunya) dan dua sepeda roda dua. Masa bakti mereka melewati tiga keluarga. Aku sebagai si bungsu, membuat anak-anakku jadi yang paling muda dibanding sepupu-sepupunya. Stroller, sepeda roda tiga, dan sepeda roda empat akhirnya kami lungsurkan ke si Abang Tukang Barang Bekas.

Nah, sepeda Izzan yang kekecilan dan sepeda Faza ini adalah generasi terakhir sepeda lungsuran di keluarga kami. Anak-anak memang tumbuh besar dengan cepat. 

Maka surveylah kami ke satu toko sepeda dekat rumah. Ada beberapa sepeda bekas dipajang didepannya dengan ukuran agak sedikit lebih besar dari sepeda Faza yang sekarang, yang berarti cocok sekali untuk Faza. Harga? Pastinya jauh dibawah harga sepeda baru yang sampai berjuta-juta itu. Sepeda anak-anak memang bukan barang investasi ya. Hal ini juga yang membuat kami memilih membeli sepeda bekas saja, mereka masih akan cukup kokoh untuk dipakai selama beberapa tahun sampai jadi terlalu kecil untuk anak-anak kami. Dan setidaknya, sepeda Izzan masih bisa ditukar-tambah dengan sepeda 'baru' Faza.

Apa Faza keberatan dengan sepeda bekas? Alhamdulilah tidak. Ya, kami memang memberikan intro, bahwa kami tidak bisa membelikan sepeda yang benar-benar baru, tapi lebih baik membeli sepeda yang kondisinya masih baik, yang harganya sesuai dengan jumlah uang yang ada di tabungan Faza. Faza malah senang sekali, "Beli sepeda pakai uang tabungan Faza," katanya berulang kali. Nampaknya, membeli sepeda menggunakan uangnya sendiri membuat Faza merasa puas. Faza yang memilih sendiri sepeda baru-nya.

Menabung dan membeli barang yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi keuangan. Mudah-mudahan ajaran ini juga bisa dilungsurkan pada anak-anak kami.


Horeeee.... murak celengan

Faza dan isi celengannya




Izzan dan sepeda lamanya

Faza dan sepeda bekasnya yang baru

Izzan dan sepeda barunya yang bekas

Monday, June 8, 2015

Demam pada Anak? Hadapi dengan Tempra

Memiliki anak-anak yang sehat dan ceria, cerdas dan penuh aktivitas pastilah menjadi dambaan semua orangtua. Jika sehat, kegiatan apapun bisa dilakukan dengan maksimal, baik belajar maupun bermain. Sebisa mungkin, orangtua akan melindungi anak-anaknya dari segala sesuatu yang bisa mendatangkan penyakit. Namun, terkadang sakit sungguh tidak dapat ditolak. 

Dua anakku hanya berbeda dua tahun usianya, sepintas nampak seperti kembar. Raut wajah yang sama, tinggi badan juga hampir sama. Berat badan pun saling berkejaran, paling berbeda hanya satu kilo, lebih berat sang adik Izzan dari pada sang kakak, Faza. Namun, Izzan bisa dibilang lebih rentan terhadap sakit dibanding Faza. Izzan memang lebih banyak makan, namun lebih pemilih. Faza juga banyak makan, namun tidak terlalu pemilih. Mungkin karena variasi makanan yang lebih beragam, membuat daya tahan tubuh Faza lebih kuat.

Salah satu indikator lebih rentannya Izzan terhadap serangan penyakit adalah Izzan lebih sering mengalami demam dibanding Faza. Demam, yaitu peninggian suhu tubuh di atas 37,5⁰C, adalah tanda bahwa tubuh sedang memerangi penyakit yang masuk. Terkadang, badan Izzan terasa hangat di sore hari, dan langsung panas menyengat di malam harinya. Umumnya kondisi ini akan didahului oleh pilek dan batuk, walaupun terkadang tanpa disertai dua penyakit tersebut.

Jika sudah demam, siap-siaplah kami orangtuanya untuk 'ronda' alias begadang menunggui Izzan. Dulu, kami pernah panik: Izzan memanggil-manggil aku di jam dua dini hari, menggigil hingga badannya bergetar dan meminta selimut, padahal dia tidak pernah mau tidur dengan selimut sebelumnya. Aku dan suami belum pernah melihat anak kami menggigil. Aku langsung menelepon Rumah Sakit dan bertanya pada Perawat yang bertugas, apa yang harus kami lakukan. Ternyata, kata Mba Perawat dengan sabar dan tenang (padahal aku sudah panik setengah mati rasanya), tubuh yang menggigil adalah tanda akan datangnya panas tinggi. Yang perlu kami lakukan adalah menyelimuti si anak jika dia masih kedinginan dan menggigil, dan jika panas telah datang, memberinya obat penurun panas dan melakukan tindakan pertama penanganan demam pada anak. Tentu saja kami selalu menyediakan obat penurun panas Tempra Forte Parasetamol di kotak obat kami. Benar saja, tidak berapa lama setelah menggigil, suhu tubuh Izzan perlahan meninggi.

Untungnya, tidak ada riwayat demam kejang di keluarga kami. Namun demikian, kami tetap selalu siaga dan waspada jika anak mengalami demam, apalagi demam dengan suhu di atas 39⁰C. Berikut adalah tindakan pertama penanganan demam pada anak yang kami lakukan:
  • Ukur suhu tubuh dengan thermometer, jika panas masih dibawah 38⁰C dan anak masih aktif, beri air minum yang banyak dan jaga suhu ruangan tetap sejuk
  • Pakaikan baju yang nyaman, menyerap keringat dan  longgar pada anak, supaya panas tubuh bisa lebih mudah dibuang
  • Terus pantau kondisi anak.
  • Kompres anak dengan air hangat, bukan dengan air dingin. Jika panas meninggi dan bertahan lama, bisa dilakukan surface cooling. Surface cooling ini diajarkan oleh Perawat yang menangani Faza saat dirawat karena Demam Dengue. Baju dibuka, badan diseka oleh lap/handuk yang dibasahi oleh air hangat, lalu dikeringkan (dapat dengan cara dikipas-kipas perlahan). Surface cooling dapat dilakukan di are tubuh manapun, kecuali kepala, karena dikhawatirkan bisa menimbulkan pusing.
  • Tetap beri anak minum air putih yang banyak. Air minum akan membantu menurunkan suhu tubuh.
  • Beri obat penurun panas, sesuai dosis atau anjuran dokter.  Obat penurun panas dapat diminumkan setiap 4-6 jam sekali. Tempra Forte Parasetamol, sangat cocok untuk anak, cepat menurunkan demam dan rasa jeruknya disukai oleh anak.
  • Beri anak waktu untuk beristirahat dengan baik. Anak perlu waktu untuk memulihkan kondisi tubuh dan kembali sehat. Anak bisa saja sakit di tengah masa sekolah, namun jangan pernah memaksakan anak yang tidak sehat untuk tetap beraktivitas. Bukan saja membuat masa pemulihannya tertunda, si sakit bisa bertambah sakit atau malah menularkan sakitnya pada anak-anak lain yang sehat.
  • Jika demam berlangsung lebih dari tiga hari, anak harus segera dibawa ke dokter untuk ditangani lebih lanjut. 

Sehat ceria, pulih dari demam karena Tempra

Tempra, obat penurun panas demam kami

Anak-anak yang terbebas dari demam, siap beraktivitas kembali! Terima kasih Tempra, sudah membantu kami menjaga kesehatan anak-anak kami... :)


 https://www.facebook.com/OneThousandSmile/photos/a.555275781256257.1073741829.161248940658945/772108172906349/?type=1&theater








Friday, June 5, 2015

Snow White

Snow White bukanlah nama putri raja dari cerita kanak-kanak.

Kamis malam, 7 Mei 2015

Pulang kantor, saat memarkir motor di garasi, aku melihat sesuatu yang tidak biasa: seekor ayam putih di atas kap mobil. Kami tidak punya ayam peliharaan. Kalaupun ada yang hendak nangkring di atas kap mobil, mustinya paling-paling kucing liar yang memang banyak berkeliaran di komplek.

Anak-anak yang seperti biasa ribut menyambutku pulang, juga kaget melihat si ayam. Menilik ukuran tubuhnya, ayam ini belum dewasa, tapi juga tidak bisa dibilang anak-anak. Mungkin lebih tepat disebut ayam remaja. Batere hape masih penuh, dan ada pemandangan tidak biasa, jadilah jepret-jepret mengambil foto beberapa kali dengan si ayam sebagai modelnya. Berhubung suasana temaram, harus pakai blitz. Ternyata si ayam bergeming dan dengan kalemnya diam di tempat untuk diambil fotonya, dari beberapa sudut pandang. Jangan-jangan ayamnya sakit, aku pikir. Koq diam saja .. apa sudah terbiasa difoto ya? Setelah kirim foto ke suami, aku pun masuk ke rumah.

Snow White berpose di kap mobil

Jumat pagi, 8 Mei 2015

Suami cemberut, kap mobil kotor kena 'oleh-oleh' dari si ayam. Rupanya tidak cuma numpang tidur, si ayam juga numpang buang hajat di situ. Tertuduhnya sendiri tidak kelihatan batang paruhnya. Mungkin dia bangun pagi-pagi sekali, takut rezekinya keburu dipatok ayam lain.

Jumat malam, masih 8 Mei 2015

Saat aku pulang, si ayam sudah ada di atas kap mobil lagi. Hmmm.. jangan-jangan dia suka di sini, aku sudah geer saja. Apalagi tempat nongkrongnya sudah kinclong lagi, dibersihkan oleh ARTku. Anak-anak berebutan ingin mengambil foto si ayam.

Suami yang sampai ke rumah tidak berapa lama setelah aku, terdengar meng-huss-huss si ayam untuk pergi. Karena huss-huss nya terdengar cukup lama, aku mengambil kesimpulan: si ayam sulit diberi pengertian. "Gimana, ayamnya sudah pergi?" aku bertanya dari dapur. "Sudah.." ujar suamiku, masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Bukannya tidak percaya sih, cross check saja, jadi aku pergi ke garasi, daaan... di sanalah dia, duduk manis di atas kap mobil, menatapku.

Setelah menerima laporanku, suami bergegas ke garasi. Si ayam tambah sulit diusir, nampaknya dia sudah terlalu mengantuk dan sudah pe-we. "Mungkin rezekinya kita kali, Yah" sahutku.
"Maksud Bun? Mau dibiarin aja ayamnya di situ? Emang itu ayam siapa?" tanya suami.
"Ngga tau sih punya siapa, tapi kalau dia ngga mau pergi, ya sudah biarin aja."
"Hmm.. tapi jangan di atas kap gitu atuh. Kotor." Wahh.. aku cukup kagum mendengar persetujuan suami terhadap ideku untuk membiarkan ayam itu ada di rumah. Yang aku tahu suamiku tidak suka memelihara binatang, apalagi ayam karena kotor dan bau.

Sabtu pagi, 9 Mei 2015

Karim, teman main anakku datang ke rumah. Sepintas aku tanyakan apa dia mengenal si ayam yang sedang mematuk-matuk sesuatu di halaman sebelah. Karim tidak mengenal ayam itu, namun beberapa saat kemudian aku dengar beberapa anak-anak tetangga sudah sibuk mengejar-ngejar si ayam di jalan depan rumah. Rupanya Karim memberitahu anak-anak itu tentang keberadaan si ayam dan mereka sepakat menjadikan ayam itu 'teman main' mereka yang baru (aka. dikejar-kejar, dipeluk-peluk, dilempar-lempar).

"Heiiiiii.. jangan dilempar-lempar ayamnya!!" Aku berteriak saat melihat anak-anak itu membentuk lingkaran dan saling melempar si ayam ke anak sebelahnya seperti sedang main lempar bola. Anak-anak itu terdiam sebentar, kemudian pindah tempat main, tidak di depan rumahku lagi. Aku menghela napas. Tampaknya umur ayam itu takkan lama. Ayam itu sangat jinak, dia tidak protes sedikitpun diperlakukan apapun oleh anak-anak itu. 

Sabtu malam, 9 Mei 2015

Sama sekali tidak kusangka si ayam kembali ke rumahku malam itu. Anakku bercerita bahwa Irfan, anak tetangga depan rumah, telah mengklaim bahwa ayam itu adalah miliknya dan akan memberinya makanan dan kandang. Aku sih tidak ada masalah dengan itu, toh ayam itu pun bukan milik kami. 
Tapi dia ada di atas kaca spion motor malam itu. Dan saat itulah dia resmi bernama Snow White.

Ayam dengan keseimbangan sempurna
Kenapa dia suka berada di posisi yang sulit?



Minggu pagi, 10 Mei 2015

Teteh-teteh ART sibuk menggosok motorku. Rupanya Snow White buang hajat lagi di atas body motor. Hmmm.. 

Senin pagi, 11 Mei 2015

Aku berangkat kerja dengan motor yang beraroma seperti truk ayam.

Senin malam, 11 Mei 2015

Snow White datang lagi malam itu. Mungkin dia tidak betah tinggal di kandang yang dibuatkan Irfan untuknya. Suamiku telah mendengar cerita tentang perlakuan anak-anak tetangga terhadap Snow White nan malang, dan tampaknya suamiku semakin menaruh simpati. Diambilnya tali rafia dan diikatnya kaki Snow White ke pohon belimbing di halaman depan rumah. Snow White berkotek-kotek (atau menciap-ciap) sebentar. Tadinya aku agak keberatan Snow White diikat, kasihan juga, tapi demi teringat motor yang bau, yah tak apa-apalah. Snow White akhirnya menemukan tempat nangkring yang nyaman dan berhenti berkotek-kotek (atau menciap-ciap).

Snow White nyaman di atas knalpot motor
"Mustinya dia ditaruh di kandang," ucap suami. Wah, benar-benar serius dia menanggapi kehadiran Snow White.
"Pakai apa?" tanyaku.
"Coba aja Bunda browsing. Kandang ayam harganya berapa kira-kira,"
Oh my God.. browsing harga kandang ayam?? This is getting a little too much.. "Ah.. belum tentu dia lama di sini, Yah. Pakai aja dulu keranjang cucian, dibalik. Kalau umurnya lama, baru deh pertimbangkan beli kandang ayam," Walaupun aku yang pertama kali melontarkan ide untuk memelihara Snow White, tapi ngga dulu deh kalau untuk beli kandang ayam sungguhan.
Suami mengangguk setuju.

Selasa malam, 12 Mei 2015

Keranjang cucian sudah siap di teras rumah, dibalik,  menunggu calon penghuni. Tapi Snow White tak kunjung datang...

Juga malam-malam berikutnya...

Sabtu malam, 16 Mei 2015

"Tuh ayam ngga pernah datang lagi ya, Bun?" tanya suamiku.
Aku menggeleng, "Mungkin dia kabur," ucapku seadanya. Kabur ke mana? Dari mana? Entahlah. Keranjang cucian pun telah kembali menjalani peran aslinya sejak beberapa hari lalu. Namun tampaknya suamiku masih sulit melupakan Snow White.

Tuesday, March 24, 2015

Mengapa aku menjadi blogger

Berani-beraninya mengaku blogger, padahal isi blog belum sampai sepuluh. Padahal baru setahun usia blog. Dalam setahun isi blog belum sampai sepuluh?? Kemane aje lu? Sibuk dong! Sini kan working mother gitu loh.. pagi-pagi dah ngurusi krucil dan krusar (kru besar) yang berangkat sekolah dan berangkat kerja.. trus kitanya juga kerja, trus pulang ke rumah masih mesti ngurusin makan malem en bantuin anak-anak bikin peer, trus kan kita ngantuk.. Kapan coba sempet nulis?!

Hupp..

Jadi kenapa aku menjadi blogger? Kenapa menulis di blog, padahal ada buku diary? Untuk yang ini aku tahu jawabannya: karena tulisan tanganku jelek, dan semakin dalam perasaanku (entah karena sedih atau bahagia) semakin jeleklah tulisanku. Mungkin karena perasaan yang kurang bisa terkendali sehingga getaran tanganpun tak terkendali. Padahal aku menulis untuk menuangkan isi pikiran dan juga perasaan. Jelas, dalam hal ini menulis di blog punya banyak kelebihan. Aku bisa mengatur font seindah mungkin sehingga jangankan orang lain (yang sudi membaca), aku pun akan bisa membaca tulisanku sendiri.

Alasan kedua, mungkin karena di blog, tulisanku bisa diperindah dengan picture. Kalau di diary, berarti kan harus cetak foto dulu dan ditempel di situ. Wasting money lah. Jujur, untuk yang ini, aku masih belajar. Ya, belajar bagaimana memasang picture di blog. Saat menambahkan picture dan tulisan yang sudah rapi tiba-tiba jadi berantakan, hmmm.. kadang di situ saya merasa. Merasa perlu berpikir, baiknya menulis dulu atau pasang picture dulu ya? Kalau pasang picture dulu, dan kemudian baru menulis, apa nanti picturenya juga akan berantakan? Intip-intip blog tetangga, aduuhh.. picturenya keren-keren, apa karena faktor kamera ya? Apa mesti beli kamera baru? 

Alasan ketiga, tentunya untuk belajar menulis. Dengan baik dan benar. Kenapa belajar menulis? Karena aku suka menulis. Dulu, aku pikir menulis di blog bisa seenaknya saja tanpa mengindahkan EYD. Seorang teman yang berhasil membujukku untuk mengikuti GA-nya, mengatakan bahwa sebenarnya ide tulisanku cukup baik, hanya saja tidak bisa dimenangkan karena kaidah penulisan yang salah. Kaidah penulisan yang salah! Tidak bisakah seseorang bebas mengutarakan pikirannya dalam blog, dalam bahasa yang digunakan dan juga tanda bacanya? "Tidak bisa dong. Misalnya nih ya, percakapan harus menggunakan tanda kutip dua. Bahasa asing ditulis miring. Ayo dong belajar menulis yang baik di blog, supaya tulisan kita bisa tembus ke majalah," ujar temanku sambil tersenyum.

Baiklah, alasan keempat adalah, menulis di blog bisa jadi mendatangkan rezeki.. ehemm.. Tapi aku memang suka menulis koq..

Ternyata, selain sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar, tulisan kita pun sebaiknya memberikan manfaat. Oh tentu saja! Tapi, ini sulit bagiku. Aku belum bisa memberikan manfaat. Aku belum pernah bisa memberikan moral of the story dari tulisan-tulisanku. Jika aku memposting foto siput dari lilin mainan buatan anakku, dimanakah letak moral of the story nya? Sungguh, perbolehkanlah aku untuk hingga saat ini, menulis saja dulu... Setidaknya, aku hanya akan menulis hal-hal yang baik, insyaaAllah.. Maafkan ya, jika yang terjadi adalah aku yang selalu mengambil manfaat dari blog-blog yang lain. Mudah-mudahan kedepannya aku juga bisa memberi manfaat.

Hal lain juga, katanyaaa.. seorang blogger sejati itu katanyaaa harus punya TEMA untuk blognya. Ya, tema khusus. Supaya segmen pembacanya jelas. Untuk ini, aku juga angkat tangan. Aku tidak tahu, postingan foto siput dari lilin mainan buatan anakku termasuk segmen apa ya? Segmen pembaca yang diarah olehku sih jelas, setidaknya adalah aku sendiri di tahun-tahun yang akan datang. Aku yang akan tersenyum mengenang semua memori indah tentang keluargaku dan cerita-ceritaku.

Jadi, mengapa aku menjadi blogger? Oh.. baiklah.. kuulangi lagi dari awal..

Friday, January 23, 2015

Kupas Tuntass!! (kacang dan kentangnya)

Anak-anakku sangat suka membantu bundanya memasak.. anak-anak yang sholeh *feeling grateful :) Di hari-hari libur seperti Sabtu dan Minggu, ART di rumah dibebastugaskan dari urusan memasak. Aku yang akan menyempatkan diri memasak untuk keluarga, dan anak-anakku akan ikut riweuh di dapur.

Jika aku membuat telur dadar, mereka harus membantu mengocok telur. Ade Izzan akan bertanya, "Aa Faza tadi aduk telurnya berapa kali?" dan dia harus mengaduk dengan jumlah adukan yang sama. Jika aku membuat donat atau cireng, mereka akan berebut membantu menuangkan tepung dan mengaduk adonan.

Awalnya terus terang aku tidak suka dibantu oleh anak-anakku dalam hal memasak, atau dalam hal apapun. Bantuan mereka tidak meringkankan pekerjaan, malah menambah pekerjaan. Tepung terigu yang berceceran kemana-mana, adonan yang tumpah, aduuhh.. rasanya hati ini kesal membayangkan capainya harus membersihkan lantai juga setelah nanti selesai memasak. Karena dapurku sempit, anak-anak biasanya membantu mengaduk adonan di lantai ruang tengah yang lebih lega. Mereka akan tertawa-tawa senang mengaduk adonan, bermain pedang sendok dan pada akhirnya membuat adonan tercecer kemana-mana. Biasanya setelah itu aku akan memarahi mereka. Rasanya lebih baik mereka main sepeda di luar rumah dan membiarkan bundanya masak dengan tenang..

Tapi jika mereka sudah melihat tanda-tanda bundanya mau memasak, mereka keukeuh ingin membantu. Lama-kelamaan aku menyerah dan membiarkan mereka membantu. Mendengar mereka terus menerus merengek "mau bantu Buundaaa" lebih membuatku kesal. Akupun menyiapkan rencana agar kegiatan 'membantu Bunda' menjadi lebih menyenangkan, terutama untukku :)

Yang pertama harus dipersiapkan adalah mental. Aku harus mempersiapkan diri untuk menerima bahwa lantai dan wastafel akan menjadi lebih kotor - nah sebenarnya hanya ini sih yang paling bisa membuat aku kesal. Pekerjaan memasak juga akan jadi lebih lambat dengan adanya bantuan dari anak-anak.

Yang kedua, adalah memilihkan pekerjaan yang aman untuk mereka. Pastinya mereka belum siap bekerja dengan pisau, jadi no working with knife. Mereka juga tidak boleh dekat-dekat dengan kompor, takut kecipratan minyak panas.

Yang ketiga, memberikan pengertian pada kedua anak-anakku bahwa mereka boleh membantu bundanya dengan syarat, diawali dan diakhiri dengan kebersihan. Mereka harus cuci tangan dengan bersih terlebih dulu sebelum membantu Bunda. Saya juga menyediakan lap dan tissue bersih untuk mereka gunakan membersihkan lantai setelah mereka selesai. Tentunya menanamkan pengertian seperti ini membutuhkan waktu dan kesabaran, dan lantai juga tidak akan benar-benar bersih seperti sedia kala, namun setidaknya ini akan mengurangi bebanku. Yang paling penting adalah, memberikan pemahaman tanggung jawab sedari dini pada anak-anakku.

Yang keempat, bersikap adil pada kedua anakku. Faza memang sudah berusia 7 tahun dan Izzan baru berusia 5 tahun. Namun aku selalu berusaha membagi dua sama rata pekerjaan untuk Faza dan Izzan. Hanya jika Izzan tidak sanggup mengerjakannya, baru aku tawarkan pada Faza untuk membantu adiknya. Aku harap dengan cara ini Izzan tidak merasa dinomorduakan.


Mendengar mereka tertawa-tawa sambil mengaduk adonan membuatku tersenyum sendiri. Senang juga rasanya punya 'mom and kids moment' seperti ini. Sekarang aku bisa menikmati momen dibantu oleh anak-anak, malah kadang saat mereka menonton tivi dan aku menawarkan "mau bantu Bunda nggaaa?" mereka akan dengan bersemangatnya meninggalkan tivi dan menghampiriku. Terus terang ini membuatku terharu. Mudah-mudahan Aa dan Ade akan selalu senang membantu Bunda ya sampai besar nanti...



Aa Faza dan Ade Izzan rukun mengupas kacang bersama-sama (kacang yang sebenarnya tidak perlu dikupas..)



Ayo semangat mengupas kentang! Kita mau bikin perkedel!
Aa Faza dan Ade Izzan membuat mpekmpek kapal selam mini isi telur puyuh, bentuk suka-suka..











Wednesday, January 21, 2015

here's the snail and the lolipop!

Faza mendapat tugas sekolah, membawa lilin mainan.
Pulang bekerja, aku melihat Faza dan Izzan sedang bermain bentuk dengan lilin warna-warni itu.



ini siput bikinan Ade Izzan, lucu banget yaa :D          Abis bikin siput, Ade Izzan bikin orang tapi gagal terus karena kakinya patah terus :)

ini lolipop bikinan Aa Faza. Aa Faza belom pernah makan lolipop seumur-umur, jadi kayanya ini adalah hasrat terpendamnya Aa Faza :)